Oleh : Ari Junaedi*
Siapa bilang perpisahan harus diratapi dengan duka dan sepi?
Di Malang, Jawa Timur, salam perpisahan bisa disampaikan dengan tawa dan lambaian tangan serta "ngopi". Bermula dari potongan-potongan video yang cepat menyebar sehingga viral, kehadiran Lima Sebelas Coffee Eatery kini menjadi rujukan yang harus disambangi jika bertandang ke Kota Malang.
Bagi sebagian besar orang, kereta api bukan sekadar moda transportasi. Sosok kereta api bagi anak-anak adalah impian terbesar akan "pergi" yang diidam-idamkan. Bagi remaja, kereta api adalah "jiwa pembebas" untuk bisa mengenal daerah lain.
Sedangkan bagi keluarga muda, kehadiran kerata api adalah cita-cita untuk pergi bersama keluarga kecilnya. Anak-anak harus dikenalkan dengan kendaraan yang berjalan "di atas" rel besi tersebut.
Bagi pria maupun wanita paruh baya, kereta api adalah pilihan transportasi yang nyaman sekaligus aman. Tidak mengkhawatirkan rasa lelah karena tujuan daerah yang dituju bisa ditempuh kereta api dengan tepat waktu.
Kafe Lima Sebelas yang berlokasi di Jalan Trunojoyo 46, Klojen berhasil "menangkap" kerinduan penggemar-pengemar kereta api akan kehadiran moda transportasi tersebut. Setiap kereta yang berjalan pelan meninggalkan Stasiun Kereta Api Kotabaru Malang selalu mendapat lambaian tangan para pengunjung kafe.
Dengan berlatar belakang kesibukan petugas-petugas stasiun kereta api, lalu lalang lokomotif yang langsir maka kesempurnaan para pecinta kereta api atau penikmat kopi dengan suasana kafe yang lain daripada yang lain menjadi "bertemu".
Kafe Lima Sebelas di Malang itu menjadi simbol kebangkitan usaha kreatif bahwa penikmat kopi dan kuliner merupakan peluang usaha yang masih terbuka. Kehadiran kafe yang didatangi pengunjung tidak harus berada di mal yang bertarif sewa mahal atau di ruko tetapi juga bisa memanfaatkan lokasi-lokasi yang unik.