Hoaks. Anda pasti sudah tidak asing dengan satu kata ini. Satu kata yang ditakuti karena bisa merusak nama seseorang - bahkan satu lembaga atau satu perusahaan.Â
Hoaks memang seperti kebakaran hutan pada musim kemarau. Api kebohongan dari hoaks bisa menyebar cepat daripada penanggulangan atau klarifikasinya.Â
Tentu masih lekat ingatan sejumlah kasus hoaks yang menggemparkan masyarakat. Antara lain, hoaks penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet oleh sekelompok orang pada Oktober 2018. Unggahan itu disertai tangkapan layar (screenshoot) aplikasi pesan WhatsApp yang disertai foto Ratna Sarumpaet.
Isu kapal tongkang JKW & Dewi Iriana
Bahkan, sejumlah aktivis terkenal lainnya turut mendukung berita tersebut. Belakangan Ratna mengaku bahwa dia bukan dipukuli, melainkan habis menjalani operasi plastik di wajah yang menyebabkan kondisi wajahnya mengalami pembengkakan.Â
Nasi kadung menjadi bubur, karena akibat hoaks tersebut, masyarakat terlanjur mencaci-maki pemerintah yang seolah menjadi dalang dari peristiwa fiktif pemukulan Ratna.
Terbaru, viralnya isu tentang kapal tugboat JKW Mahakam dan tongkang Dewi Iriana. Di foto dan caption itu menyebutkan kapal tersebut milik mantan Presiden Joko Widodo dan istrinya. Tambahan lagi kapal itu diklaim sedang mengangkut nikel dari wilayah konservasi Raja Ampat pada awal Juni ini. Narasi bohong yang entah apa motifnya ini tersebar luas di media sosial dan memicu reaksi publik.
Ancaman bagi sektor industri maritim
Makin merebaknya hoaks yang meresahkan itu telah mendorong Klub Jurnalis Ekonomi Jakarta (KJEJ) Â menggelar Diskusi Media yang pada 13 Juni 2025 lalu di Jakarta. Di dalam diskusi itu, Â pakar komunikasi, jurnalis senior, dan akademisi berkumpul untuk membahas dampak buruk hoaks, terutama terhadap iklim investasi dan sektor strategis seperti industri maritim.
Salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, Algooth Putranto, Koordinator Riset Satgas Anti Hoaks PWI Pusat dan dosen Universitas Dian Nusantara, menegaskan bahwa hoaks adalah masalah besar bagi Indonesia.Â
"Bahkan sektor maritim yang menjadi salah satu andalan pemerintahan Prabowo sebagai motor pertumbuhan ekonomi bisa terganggu karena hoaks seperti ini," ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh pembicara lainnya, Faisal Rahman, Pemimpin Redaksi Periskop.id. Ia mengungkap bahwa pernah ada investor asal Tiongkok yang menunda realisasi investasi setelah membaca hoaks tentang daerah dan industri yang hendak digarapnya. Ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman disinformasi terhadap keputusan bisnis.Â