Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Tjip dan Bunda Rose yang Saya Tau Memang Sudah Tua

4 Januari 2021   11:02 Diperbarui: 4 Januari 2021   12:22 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43

Benar! Siapa yang berani menyebut beliau masih muda. Eettt!! Jangan salah sangka. Ungkapan judul di atas tidak bermaksud melecehkan apalagi menghina.

Memang benar, Pak Tjitadinata dan Ibunda Roselina sudah benar sepuh. Beliau patut mendapatkan acungan dua jempol.

Dalam hal literasi dan kesabaran beliau menghadapi sekian ribu kompmasianer dalam kurun waktu yang tidak pendek. Seingat saya sejak 2016 pertama kali saya mengenal Kompasiana beliau telah aktif berkunjung dan memberikan komentar di artikel saya.

Tak peduli itu artikel sampah sekalipun. Kadang yang bagi orang lain tak layak dibaca. Apalagi mendapatkan apresiasi. Beliau berdua selalu rajin memberikan apresiasi dalam bentuk vote dan komentar.

Berapa banyak akun yang pernah saya buat. Tetap saja beliau setia hadir. Artinya kehadiran dan apresiasi yang beliau berikan tak pandang bulu. Mau bulu landak, bulu gajah, maupun bulu ayam. Mungkin dalam hati beliau berdua, apresiasi itulah bentuk penghargaan terhadap karya para kompasianer. Dengan harapan tetap eksis mengembangkan literasi di negeri ini.

Banyangkan saja, berapa waktu dan tenaga, sertsla kuota yang dihabiskan untuk berkeliling menyambangi artikel karya kompasianer? Apa balasannya? Hampir tidak ada sama sekali. Hanya silaturrahmi yang beliau berdua coba lakukan agar kehadirannya berarti dan tetap menyemangati.

Sebenarnya kalau boleh jujur, ada beberapa orang yang pernah memberikan komentar miring dari artikelnya pak Tjip dan bunda Rose. Ada yang mengatakan, "Bisanya cuma membuat artikel curhatan. Memangnya gak bisa ya sekali waktu membuat artikel bebobot gitu."

Saya senyum saja, tak berani memberikan komentar. Dalam hati saya berpikir, memangnya yang mengatakan itu sanggup tidak rutin menulis setiap hari?

Bayangkan saja hingga ribuan artikel yang telah dibuat begitu dan dilakukan secara kontinu. Sekelas professor saja mungkin akan memiliki jeda untuk berpikir membuat artikel dan mengunggahnya.

Selanjutnya saya berpikir lagi, memangnya kita pernah tua. Yang ada pak Tjip dan bunda Rose pernah muda dan sekarang beliau sudah sepuh. Tentu saja pengalaman mereka jauh di atas kita kaum belia.

Saya pernah berkata, "Awas! Yang tua itu bisa membuat kualat lho. Harus kita hargai." Sejelek-jelek orang tua (saya tidak menyebut pak Tjip dan binda Rose jelek lho), dahulu ketika mereka muda, malah lebih gesit san cemerlang karyanya ketimbang kita. Kita sih belum ada apa-apanya. Lihat saja, sampai saat ini apa yang sudah kita perbuat? Tidak ada tho?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun