Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kreativitas di Remang Cahaya Lilin

21 Oktober 2014   17:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam samarnya cahaya lilin, seorang gadis kecil hanya bisa cemberut dan terlihat banyak sekali grutuan yang dapat dibaca dari gerak bibirnya. Selain keadaan gelap yang jarang sekali dijumpainya, mati listrik kali ini membuat mainan satu-satunya tidak bisa lagi digunakan. Sebuah tablet ukuran 7 inchi yang katanya mampu mengasah kreativitas benar-benar membuat kreativitas hilang ketika tanpanya. Tidak ada yang bisa dilakukan gadis kecil itu dalam keadaan remang cahaya lilin selain menggerak-gerakkan bibirnya.

Kondisi jauh berbeda dengan apa yang terjadi sekitar satu dasawarsa yang lalu. Kreativitas anak-anak memang belum terasah oleh keberadaan gadget seperti saat ini. Namun, anak-anak tahu betul bagaimana cara mengisi waktu ketika mati listrik. Anak-anak biasa berkumpul di teras-teras rumah untuk bermain-main atau hanya sekedar bercerita dengan sesamanya. Dalam kondisi tidak hujan, anak-anak biasa bermain di bawah terang rembulan atau hanya melihat-lihat rasi bintang-rasi bintang di langit. Di dalam ruang pun, anak-anak pun masih dapat bermain membuat beraneka ragam bentuk bayangan.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat berbeda? Apakah perlu ada yang disalahkan?

Apakah jaman yang memang sudah berubah? Apakah perubahan jaman yang membuat anak-anak tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengisi waktu di kegelapan?

Jaman memang sudah berubah. Perubahan jaman yang disertai perubahan sosial, ekonomi, orientasi masyarakat bahkan norma-norma tidak dapat disalahkan atas ketidakmampuan anak-anak dalam mengisi waktu di kegelapan. Individualisme yang semakin berkembang tidak dapat dijadikan kambing hitam ketika anak-anak tidak lagi lebih suka untuk berkumpul dan bercerita dengan teman-temannya. Tuntutan profesionalisme pekerjaan orang tua juga tidak seharusnya dijadikan akar permasalahan ketika orang tua memberikan apa yang diinginkan anaknya asalkan anaknya tidak rewel dan mengganggu pekerjaan.

Kalaupun tidak ada yang bisa disalahkan, siapa lantas yang harus bertanggung jawab?

PLN kah yang telah membuat pemadaman listrik sehingga membuka tabir kelemahan anak-anak jaman sekarang? Atau memang tidak ada yang dapat disalakan dan tidak harus ada yang bertanggung jawab karena nir kreativitas dalam kegelapan bukanlah suatu permasalahan?

Mungkin memang tidak harus ada yang disalahkan dan yang harus bertanggung jawab. Kesalahan dan ketidaksalahan dalam tataran ini hanyalah sesuatu yang sifatnya temporer dan sangat bergantung pada jaman. Yang lebih permanen bukan pada mampu dan tidaknya mengisi kegiatan di kala kegelapan datang. Yang lebih permanen adalah kemampuan dalam mengisi waktu-waktu yang dimiliki untuk kegiatan yang bermanfaat, kemampuan untuk tetap bersimpati, berempati, serta tidak memandang semuanya dari sudut pandang “aku”,  dan kemampuan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak bukan atas dasar kebutuhan dan keniginan, tetapi juga atas dasar kebenaran.

Semoga anak-anak dan semua generasi calon penerus bangsa ini, tidak hanya bisa menunjukkan kreativitas ketika dalam kondisi dan keadaan yang serba memungkinkan tetapi senantiasa kreatif dan inovatif dalam segala kondisi dan keadaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun