Mohon tunggu...
Nur Arifin
Nur Arifin Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Awardee Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas Linkage MEP UGM - GSICS Kobe Univeristy. ASN di Badan Pusat Statistik.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tiket Pesawat dan "Money Illusion"

26 Januari 2019   10:24 Diperbarui: 26 Januari 2019   10:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Merujuk data BPS, inflasi Desember 2018 hanya sebesar 0,62 persen, namun 0,24 persen poin diantaranya disumbang oleh kelompok transportasi. Lebih jauh, dari 0,24 persen poin tersebut, 0,19 persen poinnya (hampir 80 persen) disumbang oleh tarif angkutan udara.

Dampak inflasi kelompok transportasi tersebut barangkali tidak secara langsung mempengaruhi konsumsi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Namun, yang jelas berdampak kepada mereka yang memiliki rutinitas bepergian menggunakan pesawat. 

Lalu, apakah pendapatan mereka mengalami peningkatan? Melebihi persentase peningkatan harga tiket pesawat yang biasa mereka gunakan? Semoga saja.

Menghambat Pertumbuhan Ekonomi

Mengingat perananannya amat besar dalam perekonomian, penentuan kenaikan tarif tiket pesawat harus dipertimbangkan dengan matang. Harga yang terlampau tinggi dapat menurunkan aggregate demand yang berujung pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. 

Tentu, hal ini tidak pernah diidamkan oleh siapapun di negeri ini, negara yang tengah berjuang melawan jebakan middle income country, dimana salah satunya dengan menggenjot kegiatan ekonomi masyarakatnya.

Dampak negatif lainnya yang mungkin akan terpengaruh adalah sektor pariwisata dan aktivitas kurir. Kenaikan harga tiket pesawat menjadi ironis ketika pemerintah tengah gencar mempromosikan pariwisata Indonesia, sektor primadona yang banyak menghasilkan devisa. 

Bisa-bisa target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia terancam. Merujuk data BPS selama Januari-November 2018 kunjungan wisman hanya menembus angka 14,39 juta wisman. Untuk menjelajah Indonesia yang notabene negara kepulauan, wisatawan mau tidak mau harus menggunakan moda transportasi udara. 

Jika tarif penerbangan domestik terlalu mahal, bisa jadi mereka mengurungkan niat berwisata ke Indonesia. sebaliknya, wisatawan domestik akan menjelajah negara lain yang tiket pesawatnya jauh lebih terjangkau dengan beragam iming-iming promo.

Digital economy yang tengah bergeliat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan jasa kurir pengiriman barang. Seperti disebutkan sebelumnya, negara kepulauan menuntut tingginya penggunaan moda transportasi udara untuk mengirim barang dari satu pulau ke pulau lainnya. 

Jika tiket pesawat mahal, yang berimbas pada naiknya ongkos kirim, konsumen akan sangat terbebani. Pelaku usaha online pun tidak lagi bergairah karena turunnya pesanan yang mereka terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun