Mohon tunggu...
arifa nur azizah
arifa nur azizah Mohon Tunggu... mahasiswa

saya hobi menonton film

Selanjutnya

Tutup

Politik

mendamaikan dua kekuatan : inisiatif pbb dalam krisis israel hizbullah

14 Desember 2024   16:25 Diperbarui: 14 Desember 2024   16:22 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hizbullah merupakan organisasi islam yang bergerak di bidang sosial dan politik di Lebanon. Hizbullah sendiri berdiri pada tahun 1982 dan populasinya merupakan orang orang bermazhab Syiah Imamiah yang berada di wilayah Lebanon. Pada awal kemunculannya, Hizbullah adalah organisasi yang bertujuan untuk memberi perlawanan atas nama Syiah dengan tujuan untuk mengusir Israel dan rencana mendirikan negara islam. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu Hizbullah berubah menjadi partai politik yang berdiri di Lebanon. Setelah Hizbullah menjadi partai politik di Lebanon, mereka lebih berfokus pada kekuasaan
yang ingin di tingkatkan dalam politik domestik di Lebanon dari pada mendirikan negara islam. Dalam proses perkembangannya, Hizbullah mendapat beberapa tantangan seperti adanya Israel yang selalu ikut campur dan adanya asumsi bahwa Hizbullah merupakan teroris. Hizbullah merupakan aktor non negara yang banyak di segani masyarakat dan senantiasa memberi dukungan kepada Hizbullah sehingga membuat Hizbullah dapat bertahan dan melewati tantangan tantangan tersebut dengan cukup baik. Dari dukungan masyarakat ini lah yang menjadi alasan hizbullah lebih berfokus pada politik domestik Lebanon. Salah satu alasan yang menjadi faktor terbentuknya Hizbullah adalah invasi Israel kepada Lebanon pada tahu 1982. Tujuan dari invasi yang di berikan oleh Israel tersebut adalah untuk mengusir para pejuang palestina yang berada di wilayah Lebanon Selatan. Pada saat itu terdapat sekitar
140.000 jiwa yang mengungsi dari wilayah Lebanon akibat invasi yang di lakukan israel berupa mengirim 60.000 pasukan tentara. Konflik antara Hizbullah dan Israel sudah terjadi dengan perkiraan sekitar 40 tahun yang lalu. Perang yang terjadi antara organisasi militan Syiah Islami dengan zionis Israel ini terjadi dengan begitu banyaknya kekerasan dan penyiksaan. Sekitar tahun 1983 para pejuang Hizbullah melakukan aksi berupa meledakkan diri yang di lakukan di dekat markas tentara Israel bertepatan di Kota Pesisir Tyre, dalam aksi bom bunuh diri ini menakibatkan tewasnya tentara Israel sekitar 60 orang. Pada November 1983 para kaum muda Syiah radikal juga berhasil mengebom markas besar Shin Bet di Tyre. Dari aksi pengeboman ini mengakibatkan tewasnya 28 pasukan Israel dan 32 tahanan Lebanon, tidak hanya itu mereka juga membuat ratusan pihak Amerika dan Prancis menjadi korban dari serangan bunuh diri yang tidak dapat di tangani oleh dinas Israel ini. Kemudian pada tahun 1985 tepatnya pada tanggal 16 Februari Hizbullah secara resmi di deklarasikan dan sejak saat itulah Hizbullah terkenal sebagai aktor keamanan yang di anggap masuk dalam kategori teroris oleh Israel. Pada tahun 2006 tercatat bahwa konflik israel dan hizbullah terjadi sebanyak 2 periode kali. Konflik pertama yaitu ketika Israel melakukan invasi terhadap Lebanon pada tahun 1982 -- 2000 yang terjadi selama kurang lebih 18 tahun, lalu konflik kedua terjadi sekitar tahun 2006 ketika Israel menyerang Lebanon Selatan. Konflik yang terjadi dari tahun 1982 hingga tahun 2006 tersebut tercatat ada sekitar 7000 kali Hizbullah mendapat serangan dari pasuka Israel dan sekitar 3970 kali Israel mendapat serangan dari Hizbullah. Awal dari konflik antara Israel dan Hizbullah yang terjadi pada tahun 2006 adalah ketika
pasukan Israel yang menyusup ke daerah Aita al Chaab tepatnya di daerah Lebanon Selatan pada tanggal 12 juli 2006, lalu pasukan Israel tersebut di serang oleh pasukan Hizbullah. Dari aksi penyerangan Hizbullah kepada Israel ini berhasil menahan 2 pasukan Israel. Maksud dan tujuan dari penyerangan tersebut adalah untuk berdiplomasi dan menukar tawanan dengan tujuan untuk meminta pembebasan bagi warga Lebanon yang di tahan oleh Israel pada insiden sebelumnya. Akan tetapi, dalam penyerangan ini Israel memberi respon secara militer. Tepatnya pada tanggal 13-14 juli 2006 terjadi penyerangan terhadap Lebanon Selatan yang di lakukan oleh pasuka pesawat tempur Israel bersama dengan pasukan artileri darat Israel. Akibat dari penyeragan ini menewaskan sekitar 50 jiwa penduduk Lebanon dan kerusakan infrastruktur. Pada peristiwa penyerangan ini Lebanon tidak memberikan serangan
balik melainkan memberi kecaman pada israel atas penyerangan yang di lakukan dan meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa atau yang sering kita sebut sebagai PBB. Banyaknya jumlah pasukan Israel yang tidak seimbang dengan pasukan milik militer
Lebanon membuat pemerintah Lebanon tidak segera memberi perintah pada pasukannya untuk mengamankan negara.
Salah satu bentuk perlawana senjata yang di lakukan oleh Hizbullah sebagai aktor non negara adalah ketika melakukan peluncuran roket katyusa pada tanggal 16 juli tahun 2006 yang menjadikan kota Haifa-Israel sebagai target utama. Dari penyerangan yang di lakukan hizbullah kepada israel ini menewaskan setidaknya 8 orang warga Israel. Tidak hanya itu, pada tanggal 27 juli 2006 roket katyusa berhasil melumpuhkan helikoter milik Israel sebagai target utama. Pada konflik ini ada sekitar 100 roket yang di luncurkan oleh hizbullah kepada israel hingga PBB memberi desakan untuk dilakukannya gencatan senjata pada minggu ke 2 di bulan agustus pada tahun 2006. Konfik yang terjadi antara hizbullah dan israel ini tergolong ke dalam perang asimetris. Ada dua alasan mengapa konflik hizbullah israel tergolong perang asimetris, yaitu yang pertama adalah karena pada konflik ini aktor negara dan aktor non negara memiliki kekuatan yang berbeda. Alasan kedua adalah karena personel militer yang di miliki oleh Israel jauh lebih unggul jika di bandingkan dengan personil militer Hizbullah. Jika di perkirakan pasukan militer Israel sekitar 621.500 sedangkan hizbullah hanya memiliki 5.800, bahkan ketika Hizbullah mendapat bantuan pesonil militer oleh Lebanon tetap tidak bisa menyaingi jumlah personil militer Israel. Dalam hal teknologi persenjataan pun Israel jauh lebih unggul jika di bandingkan senjata yang di miliki oleh Hizbullah. Pada tahun 2023 konflik antara Hizbullah dan Israel kembali memanas ketika Hizbullah melakukan invasi kepada Israel. Serangan kepada Israel ini merupakan bentuk solidaritas yang di lakukan Hizbullah kepada Palestina. Hizbullah melakukan serangan pada Israel Utara lalu di balas oleh Israel dengan menyerang Lebanon Selatan. Konflik ini kemudian berlanjut sampai 2024 yang terjadi serangan di dataran tinggi Israel hingga menewaskan 12 orang. Hizbullah mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam aksi penyerangan ini, akan tetapi Israel tetap melakukan pembalasan dendam dengan membunuh komandan senior Hizbullah. Hizbullah tidak tinggal diam dan melakukan serangan balasan ke Israel dengan menembakkan rudal. Peristiwa saling serang ini pun terjadi dan semakin memanas saat memasuki bulan September. Dalam konflik ini hizbullah sebagai aktor non negara dan israel sebagai aktor negara, ada pula perserikatan bangsa bangsa (PBB) sebagai aktor non negara yang terlibat. PBB sendiri merupakan organisasi yang bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan di dunia internasional. Akibat banyaknya korban dari konflik antara Hizbullah dan Israel membuat PBB ikut turun tangan untuk menjaga perdamaian dan keamanan disana dengan melakukan upaya untuk menghentikan konflik tersebut karena kedua negara yang terlibat konflik yaitu lebanon dan israel merupakan anggota PBB. Bentuk upaya yang di lakukan PBB untuk membantu menyelesaikan konflik Hizbullah dan Israel yaitu dengan melakukaan Peacekeeping Operation. Tindakan ini dilakukan dengan mengirim pasukan militer yaitu UNIFIL di perbatasan kedua negara tersebut untuk menjaga perdamaian. Tahap selanjutnya untuk membantu menghentikan konflik ini adalah dengan melakukan metode Peacemaking. Pacemaking sendiri dilakukan untuk menciptakan perdamaian dengan cara membuat kesepakatan melalui diplomasi. Tahap ketiga untuk menyelesaikan konflik hizbullah dan israel, PBB melakukan metode Peacebuilding yaitu menciptakan pedamaian dengan keadilan yang di lakukan oleh UNDP dan FAO sebagai organisasi yang di naungi oleh PBB dengan cara menciptakan kedamaian dan keadilan agar dapat kembali seperti keadaan semula (1. Ismail, Dede. Upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dalam Menyelesaikan Konflik Hizbullah-Israel Pada Tahun 2006 2(1) 4-5). Konflik yang terjadi antara Hizbullah dan Israel yang sangat kompleks ini membuat ketegangan di daerah Timur Tengah, akibat dari konflik ini banyak kerusakan hingga menelan korban jiwa. Apabila tidak di ambil tindakan diplomasi maka di khawatirkan konflik ini akan menjadi perang yang lebih besar yang akan sangat berdampak pada warga warga sipil di Lebanon maupun di Israel.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun