Mohon tunggu...
Aries Purwantiny
Aries Purwantiny Mohon Tunggu... -

Arkeolog yang lahir dari masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kampusku Hilang Kampusku Malang

24 September 2013   01:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:29 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika aku memasuki kampusku pertama kali bulan September 1991 saat perkenalan kampus kepada mahasiswa baru di Fakultas Sastra Udayana terbersit rasa kecewa karena apabila dilihat secara fisik seperti tidak terawat dan terkesan seperti bangunan sekolah dasar. Tetapi setelah ada penjelasan dari dosen maupun Senat Mahasiswa mengapa bangunan kampus tersebut dipertahankan , karena terdapat nilai sejarah yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Bangunan Kampus Sastra Udayana adalah bangunan cikal bakal dari Universitas  Udayana yang merupakan Universitas pertama yang dibangun di Pulau Bali. Fakultas Sastra udayana pertama diresmikan bernama Fakultas Sastra Dan Budaya Udayana yang merupakan cabang Universitas Airlangga Surabaya.Diresmikan oleh Presiden I Republik Indonesia Ir. Soekarno dibuka oleh Mentri PP dan K Prof. DR. Priyono pada tanggal 29 september 1958 sebagaimana tertulis dalam prasasti di fakultas Sastra jalan Nias No 13 Denpasar. Mendengar cerita dari dosen dan kakak tingkat ketika itu rasa kecewa digantikan dengan kebanggaan yang muncul dalam diri, karena dapat masuk di fakultas dan Jurusan yang pertama terbentuk di Universitas Udayana yaitu Fakultas Sastra Jurusan Arkeologi.

13799578021509761319
13799578021509761319
Menjadi mahasiswa baru ketika itu sangat sulit bagi aku karena hidup sendiri di kota Denpasar yang baru aku kenal.  Teman kampusku kebanyakan adalah pendatang dari daerah lain, tetapi  sangat akrab bahkan seperti saudara, karena merasa senasib sepenanggungan hidup di rantau. Kami sering berkumpul, bercerita dan berdiskusi di Halaman rumput tengah kampus ketika sore atau malam hari setelah pulang dari kuliah.

13799580821887897324
13799580821887897324
Berkumpul di Halaman rumput di tengah gedung "Kampus Kuning" jadi kebiasaan untuk membahas kegiatan kampus, dan aku teringat angkatan 91 Jurusan Arkeologi setiap sabtu sore ketika di semester 5-6 selalu mengadakan diskusi yang merupakan kegiatan rutin untuk mengasah dan saling bertukar pengalaman di Halaman rumput tersebut. selain itu apabila puasa Ramadhan tiba kami sering berbuka bersama di kampus  bahkan acara tersebut bukan hanya untuk kami yang muslim non muslim pun ikut bersama. Aku menyebut Fakultas Sastra adalah Kampus Sabang sampai Merauke, karena mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, kalau bisa dikatakan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diterapkan di sana karena beraneka ragam bahasa, budaya dan agama tetapi tetap satu. Tidak ada perbedaan, tetapi kami merasa bahwa kami adalah generasi muda calon cendikiawan bangsa Indonesia. Sebagai lulusan Udayana aku sangat bangga tidak ada rasa minder sedikitpun ketika ditanya, bahkan setiap aku jawab aku lulusan Arkeologi Udayana Bali orang yang bertanya akan membandingkan dengan universitas lain. aku balik bertanya Mengapa  Udayana dibandingkan dengan Universitas lain ? bagi aku sama saja lulusan universitas favorit pun apabila tidak pernah mengamalkan dan paham akan ilmu yang selama ini mereka dalami atau geluti selama 4  tahun bahkan sampai ada yang hampir di "DO" tidak akan bisa melakukan apapun untuk dapat mengangkat derajat atau membawa nama baik. Prinsipku  tidak akan mendapatkan manfaat apapun dari ilmu yang kita pelajari selama ini, karena hanya berpikir untuk perut dan otak kita tanpa didasari oleh "Hati Nurani". Mungkin bagi orang lain itu biasa saja tetapi bagi kami s peristiwa atau bukti yang dapat kami ceriterakan kepada adik-adik atau anak cucu kami kelak tentang makna kebersamaan ketika kami menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Udayana. Aku sangat sepakat apabila kampus terdapat Pengembangan dan Pembangunan gedung, tetapi apakah sampai harus melakukan pembongkaran gedung lama karena dianggap sebagai bangunan yang tidak bermanfaat atau "hanya sebagai alasan untuk memenuhi proyek semata". Bukan hanya hilang bukti fisik tetapi hilang juga nilai kesejarahan yang menjadi identitas Universitas yang dibangun pertama kali tahun 1958. Padahal suatu bangunan dapat digunakan atau dimanfaatkan  apabila memang ada perencanaan yang tepat dan cerdas, contohnya sebagai museum seperti yang disarankan anggotaDPRD Bali, atau sekretariat HMJ, atau pengembangan kampus yang masih mempertahankan keasliannya sebagai bangunan pusaka (heritage). Apakah tidak ada cara yang bijaksana dalam menyikapi masalah fisik kampus tersebut ? Padahal di dalam kampus tersebut  terdapat orang-orang yang berilmu, berpendidikan tinggi bahkan kami menyebut "guru" dan senior kami. Di benakku bertanya "apakah ada jaminan bangunan bagus dapat mendongkrak sistem pendidikan di Udayana khususnya di fakultas Sastra untuk menjadi lebih baik ?".

1379958926546118263
1379958926546118263

Lalu apa guna kami mempelajari masa lampau, kalau masa lampau hanya diartikan hanya sebagai cerita atau peristiwa belaka, tanpa kita tahu bentuk fisik yang dapat kami buktikan untuk generasi mendatang karena telah hilang untuk memuaskan segelintir orang, tanpa mereka paham dan mengerti arti dan nilai penting suatu bukti fisik.

Aku tidak bekerja di intansi yang berhubungan dengan Jurusan Arkeologi, tetapi sekarang dimana aku berdomisili sedang gencar-gencarnya melakukan usaha untuk pelestarian peninggalan Arkeologi. Memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap peninggalan Arkeologi di wilayahnya dengan menjelaskan kepada mereka tentang arti penting nilai kesejarahan, nilai pendidikan, nilai ilmu pengetahuan dan nilai ekonomi yang terkandung dalam bukti fisik suatu peninggalan tersebut.

Aku malu pada diriku sendiri, ketika di luar sana aku teriak mengajak untuk melakukan pelestarian peninggalan Arkeologi yang terabaikan tetapi di kampusku  tempat  belajar dan menuntut ilmu yang   aku banggakan, terjadi penghancuran secara perlahan.

"Apakah tidak ada  yang tersisa dari kampusku atau identitas itu telah hilang karena di telan masa tanpa ada makna ?". "Kampusku Yang Hilang Kampusku Yang Malang"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun