Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menang Atas Panama, Bukti Inggris Belum Siap Jadi Juara Dunia

25 Juni 2018   01:30 Diperbarui: 25 Juni 2018   02:02 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Inggris menang dari Panama seharusnya adalah hal biasa. Maka, kemenangan 6-1 atas negara penentu logistik dunia itu seharusnya bukan kebanggaan yang berlebihan karena sebenarnya Inggris butuh gol lebih banyak. Buktinya, sekarang Inggris itu sama saja dengan Belgia, bikin 8 gol, kebobolan 2 gol. Jika laga besok imbang, penentuan juara grup akan ditentukan dari jumlah kartu!

Ini tentu kerugian bagi Inggris karena sebenarnya mereka punya peluang menang belum besar, setidaknya ya tidak kebobolan. Pada akhirnya, profil 6-1 melawan tim preman pelabuhan ini justru memperlihatkan ketidaksiapan Inggris untuk jadi juara.

Saya adalah korban propaganda Tabloid Bola hingga akhirnya bisa menjadi penggemar Inggris. Liputan Euro 1996, termasuk visualisasi gol ciamik Paul Gascoigne, menjadi awal mula saya menggemari tim nasional Inggris. Semua terjadi tanpa kesadaran bahwa gelar mayor terakhir tim itu adalah 30 tahun sebelumnya. Itupun kalau tahun 1966 ada goal lines technology, boleh jadi Inggris belum juara sampai saat ini.

Saya masih ingat tendangan-tendangan aneh yang menyingkirkan Inggris dari ajang-ajang besar. Mulai dari penalti David Batty yang ditepis Carlos Roa tahun 1998. Penalti Ioan Ganea pada menit 89 di Euro 2000 juga masih lekat dalam ingatan saya, terutama karena pelanggaran penyebab penalti kala itu adalah Phil Neville, pemain MU. Tendangan gaib Ronaldinho pada Piala Dunia 2002 juga bikin saya geleng-geleng. Dua tahun selanjutnya tidak kalah wagu karena penentuannya dengan adu penalti dan penendangnya adalah Ricardo, kiper Portugal. Naman yang sama bikin gara-gara lagi di Piala Dunia 2006 dengan tiga tepisan yang bikin Inggris lagi-lagi gigit jari.

Intinya, saya menulis ini bukan sebagai haters Inggris, justru sebaliknya.

Inggris mengganti Dele Alli dengan Ruben Loftus-Cheek sebagai perubahan dari laga perdana. Sementara, Panama masih tampak seperti kumpulan preman pelabuhan yang gerubak-gerubuk sana-sini. Buktinya adalah koleksi kartu kuning dari laga perdana. Paling pekok ya kartu kunng pemain nomor 20, Godoy, kala lawan Belgia. Kartu diberikan karena dia ngomyang wae, bukan karena pelanggarannya. Lah.

Inggris langsung memimpin lewat John Stones memanfaatkan sepak pojok. Artinya, tiga gol perdana Inggris di Rusia adalah via sepak pojok. Selanjutnya, seperti keran saja. Harry Kane menggelontor 2 gol dari titik putih dan 2 tendangan yang meluncur ke arah nan sama persis. Yang unik, khusus penalti kedua, boleh dikata ada 2 pelanggaran pada saat yang sama. Menurut salah satu pandit FPL Ngalor Ngidul, Borisdeva, itu kalau di kampung-kampung dihitung 2 kali penalti. Penampilan lini pertahanan Panama untuk urusan pelanggaran ini memang memprihatinkan.

Gol lain dari Inggris dibuat oleh Jese Lingard dengan tendangan maut pada menit 36. Sundulan (lagi) oleh John Stones memanfaatkan tepisan Penedo pada sundulan Raheem Sterling menjadi gol kelima. Adapun keran gol Inggris ditutup saat tendangan Loftus-Cheek mengenai kaki Kane dan malah masuk ke gawang. Gol ini terjadi pada babak kedua sekaligus melengkapi hattrick kapten Kane.

Masalahnya mulai tampak sesudah unggul 5-0 sebenarnya. Mungkin Gareth Southgate tidak menghitung selisih gol milik Belgia yang sudah 8-2, sehingga Tim Tiga Singa mulai mengendur. Bahkan sesudah Kane diganti Vardy, serangan juga tidak kencang. Saya malah kasihan sama Vardy, lari-lari sorangan nggak ada yang mendukung. Dia kan pengen juga bikin gol di Piala Dunia. Itu gelandang pada tega bener.

Ketidaktelitian pada kebutuhan gol besar jelas menjadi pertanyaan besar bagi saya. Atau mentang-mentang grup sebelah isinya terbilang receh? Nggak tahu juga, sih. Tapi tetap akan seru plus wagu nanti ketika urusan juara grup ditentukan oleh nilai fair play (karena selisih gol sama, jumlah gol sama, dan kalau hasil Inggris-Belgia imbang). Ketemu Kolombia, Senegal, atau Jepang didasarkan pada jumlah kartu kuning. Yeah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun