Mohon tunggu...
Arie Purwanto
Arie Purwanto Mohon Tunggu... Auditor - Auditor TI

Pemerhati pemanfaatan teknologi informasi dalam insitusi pemerintahan dan pelayanan publik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melawan "Pura-Pura" Lupa Fahri Hamzah

29 Maret 2014   05:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:20 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendaftaran capres masih belum dibuka, tapi kader-kader partai fasis-agamis dan partai fasis-geje sudah memuntahken serangan bleki kempein ke pendukung Jokowi... Sekarang memang lagi laku model-model politisi yang kata orang Jawa "turah ciyocot", macam Ruhut, Sutan, dan Fahri... Njeplak dulu sekenceng-kencengnya, ndak perlu mikir... Ya mungkin memang gitu taktiknya... Ada yang berlagak good cop - biasanya pemimpin formalnya -, ada yang bad cop - macam koboi-kobi tadi -, tapi itu cumak atribut permukaan saja, yang penting tujuan utama tercapai...

Dua partai fasis ini sama-sama kompak ngepruki pencapresan Jokowi... Bahan dari yang satunya bakal disamber sama yang satunya lagi... Kompak banget!... Mungkin sudah ada penjajagan di belakang panggung untuk bagi-bagi kursi nanti kalo partai fasis-geje menang nyapres... Biasalah yang fasis-agamis kan memang oportunis... Sering sok berlawanan sama koalisi pemerentah tapi menikmati bingit jadi penguasa...

Kader "turah ciyocot" dari partai fasis-agamis sempet ngetwit soal 7 dosa mbokde pas mbokde jadi presiden... Katanya sih itu twit asalnya dari setates temennya yang ekonom, namanya Sunarsip... Cara mikir "turah ciyocot" memang gitu, dunia ini hitam dan putih, kalo mbokde ndak njawab berarti mengakui kalo keliru dan apa yang disampaikennya itu data yang benar... http://www.merdeka.com/politik/fahri-hamzah-ngetweet-melawan-lupa-ingatkan-7-dosa-megawati.html

Kalo gitu, monggo, mari melihat ke masa saat mbokde jadi presiden... Partainya mbokde boleh menang telak di Pemilu DPR, di jumlah rakyat yang memilih, 33,74%... Tapi silaken dicermati, ketika masuk Senayan, cumak jadi 33,12%... Partai mbokde jadi minoritas kalo dibanding yang lainnya, bahkan kalah jumlah dibandingken sama Poros Tengah bentukan Amien Rais... http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_1999

Kalo partai mbokde mayoritas, sudah pasti jadi presiden sejak 1999, dan bukannya Gus Dur... Kenapa gitu?... Ya gitu, wong presidennya yang milih MPR, bukan rakyat... Kalo di DPR bisa 33,12%, di MPR lebih sedikit lagi dari angka itu, karena ada tambahan utusan TNI/Polri, utusan daerah dan utusan golongan... Jadi, saat itu, meski menang di jumlah rakyat yang milih, di DPR dan MPR jadi minoritas... :-)

Poros Tengah mencalonken Gus Dur, meski "katanya" Gus Dur sebenernya ndak mau, untuk menandingi mbokde, dan mbokde kalah... Kalo ndak disetop napsunya sama Gus Dur, lebih lanjut lagi Poros Tengah malah mau njadiken Wiranto wapres, dan mempecundangi pendukung mbokde yang 33,74% itu... Tapi jebul di tengah jalan mbalah Gus Dur dimakzulkan dan diganti mbokde, dan dipasangken sama Mr. Hamzah Haz...

Menurut "turah ciyocot", mbokde dan pendukungnya harus njawab soal juwal-menjuwal (privatisasi) Indosat dan aset dalam pengelolaan BPPN... Katanya ini dosa mbokde saat memerentah... "Turah ciyocot" harusnya paham bahwa privatisasi BUMN saat itu adalah mandat MPR!... Tertuang di dalam Tap MPR No. X/MPR/2001... http://www.tatanusa.co.id/tapmpr/01TAPMPR-X.pdf

Siapa Ketua MPR-nya?... Amien Rais!... Siapa yang dikasih mandat di Tap itu? Presiden!... Berarti yang nyuruh presiden juwalan BUMN dan aset-aset BPPN siapa?... Sederhana banget lah jawabannya, kelompok mana yang mayoritas di MPR, yang bisa menang voting-votingan pas memutusken kebijakan... Lagian kalo njuwal Indosat dan aset BPPN waktu itu dianggap sebagai penyimpangan, kenapa Laporan Pertanggungjawaban mbokde sebagai presiden mandataris MPR diterima sama MPR?... IQ?...

Kalo memang konsisten soal privatisasi BUMN, lah mbok coba introspeksi pas mau ngasih gelar pahlawan ke simbah Harto... Yang njuwal Semen Gresik ke Cemex siapa?... Lha di jaman Subeye mbalah jauh lebih banyak lagi BUMN yang diprivatisasi... IQ?...

Soal penjuwalan kapal tanker VLCC Pertamina yang lagi dibangun dan mingsih belum jadi, kasusnya udah berakhir dengan mantan Menteri BUMN jadi tersangka, plus direktur Pertamina... Meski sebenernya masih meninggalkan banyak tanda tanya karena keputusan itu adalah aksi korporasi Pertamina, ndak makai APBN, dan saat itu ada kasus kekalahan Pertamina di arbitrase internasional melawan Karaha Bodas... Jadi masih mau dipake isyu ini?... Ckckckck...

Isyu selanjutnya, soal penjualan LNG Tangguh saat itu yang katanya kemurahan ke RRC, ini dibantu sama temen yang sudah lama jadi pegawai ESDM... LNG Tangguh ini sudah sejak ditemuken di 1981 dicoba dijuwal tapi ndak laku-laku... Lanjut di tahun 2000an, minyak mingsih juwara, gas belum populer, dan lebih banyak produsen daripada konsumennya... Batubara juga belum ngetren saat itu... Semuwanya mingsih mengandalken minyak... Siyapa sih yang terlibat di negosiasi kontrak saat itu selain mbokde?... Ya mestinya rombongan kabinetnya... Ada peran menteri pertambangan dan energi di era Gus Dur, yang sekarang mingsih jadi presiden... Ndak bisa cumak salah mbokde seorang, kolektip donk... IQ?...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun