Mohon tunggu...
Arief Azizy
Arief Azizy Mohon Tunggu... mahasiswa -

Mahasiswa di Program studi Psikologi, hobi : membaca dan menulis, karena itu bagian dari eksistensi. Hoby berangan angan untuk terus maju kedepan. e-mail : azizyarief@gmail.com berbagi itu indah, kawan !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Sosok Wimanjaya K Liotohe dan Guncangan Sastra Wimanjaya

11 Februari 2016   10:11 Diperbarui: 12 Februari 2016   06:10 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggugat negara tanpa putus asa, begitulah gambaran dari seorang penulis legendaris yang mengidolakan sosok sukarno. Wimanjaya Keeper Liotohe, nama yang asing bagi penikmat buku. Mungkin pembaca juga merasakan asing, siapa itu ? ada apa dengan Wimanjaya Keeper Liotohe ? banyak pertanyaan mungkin untuk beliau. Lahir di Tanuha, Kepulauan Sangihe, 9 Mei 1933. Seorang guru dan sekaligus pengagum sosok sukarno bisa di bilang juga sosok sukarnoisme. Pak Wimanjaya mulai menjadi penulis buku dan menjukkan eksistensinya di dunia tulis menulis pada tahun 1994 waktu buku cetakan pertama nya terbit dan beredar di masyarakat yang berjudul Prima Dosa : Wimanjaya dan Rakyat Indonesia Menggugat Imperium Suharto yang terdiri atas tiga jilid. Buku yang tebalnya lebih dari 400 Halaman itu terbagi atas 25 bab. Sampulnya dari karton manila, sementara isinya diperbanyak dengan fotokopi. Dan menurut penulisnya sendiri mengaku, hal ini di sebabkan karena tidak ada penerbit yang mau menerbitkannya. Buku yang pernah menggegerkan indonesia ini pada era pemerintahan orde baru tentunya pada era pemerintahan suharto, buku ini menuai banyak kecaman dari pemerintahan.

Buku Prima Dosa ini berisikan daftar kesalahan (dosa) Presiden Soeharto dengan pemerintahan Orde Barunya. Tentu saja, ketika buku ini terbit dio permukaan masyarakat, buku ini menuai pro dan kontra. Orang-orang terdekat Presiden Soeharto, menganggap Wimanjaya telah memfitnah Presiden. Sementara itu, ketua MUI, Hasan Basri mendesak agar Wimanjaya tidak dilepaskan dari tuntutan hukum “Meskipun misalnya ternyata ia tidak waras.” Hasan Basri mengatakan bahwa Wimanjaya telah menghina Presiden Soeharto dan seluruh umat muslim di Indonesia.

Pro kontranya sosok Wimanjaya, seolah olah telah menggoncangkan Indonesia dengan Sastra. Mungkin sastra yang disuguhkan sosok Wimanjaya adalah sastra yang bisa menggulingkan permainan dunia politik. Seperti yang di ucapkan di sampul pertama di buku Max Havelaar, “ Jika Politik itu Kotor, Sastra akan menghancurkannya” tentunya ini juga terwujud di dalam bukunya Wimanjaya, yang menguak segalanya di pemerintahan orba (Orde baru). Buku Max Havelaar, yang pernah menggoncang Belanda, karena buku yang di tulis oleh sosok Murtatuli ini menguak kebusukan pemerintah belanda yang menempati indonesia.

Akibat Penerbitan bukunya itu yang terbit pada tanggal 13 April 1994, Wimanjaya didintrogasi oleh polisi, sementara bukunya dilarang beredar sejak Januari tahun yang sama. Wimanjaya ditahan sementara waktu sempat di cekal juga dilarang bepergian di Luar Negeri, dan sempat diancam tujuh tahun empat bulan karena telah menghina Presiden, namun kemudian beliau di lepaskan.

Kesalahan pemerintahan Soeharto tidak menahan Wimanjaya, Lantas  beliau kembali lagi Wimanjaya meluncurkan buku keduanya Primadusta (tentang dustanya Soeharto menyangkut Supersemar Asli dan Kudeta Soeharto I Oktober 1965 terhadap soekarno) dan buku ketiganya sosok wimanjaya juga menggelar yang berjudul “Primaduka” (tentang pembunuhan sejumlah 2 juta lebih rakyat Indnonesia dari tahun 1965 sampai 27 Juli Kelabu, pembantaian di Aceh, Lampung Priok, Maluku, Irian, Timor-timur, Ujung Pandang, Yambeda, Nipah-Madura dll).

Pada tahun 1997 beliau Wimanjaya, mulai berkecimpung di dunia politik, di tahun yang sama Wimanjaya mencalonkan menjadi Wakil Presiden, karena hal ini ia kembali ditahan oleh pemrintah Orde Baru. Wimanjaya akhirnya ditahan di Cipinang, selama 6 bulan 10 Hari, tapi dengan “Disertasi pembelaan prima aksepsinya berjudul Jangan Adili Kebenaran Kalau Masih Takut Hukuman Tuhan” akhirnya pada saat itu jaksa masih takut hukuman tuhan dan kemudian Wimanjaya dilepaskan jauh jauh hari sebelum Presiden Soeharto lengser pada 21 Mei 1998.

Dan setelah beliau lepas dari Cipinang, ditahun 1999, sosok Wimanjaya memulai lagi berkecimpung di dunia Politik, beliau mendirikan sebuah partai politik yang bernama Partai Prima.

Sekitar tahun 2001, sosok wimanjaya di beri Amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid, yaitu berupa pembebasan tuduhan bersalah menjadi tidak bersalah. Sosok penulis yang menguak kebohongan Pemerintah lewat sastra. Begitu eloknya sastra bisa membuat goncangan yang sangat sangat fantastis, menggelegarkan dunia lewat sastra. Seorang penulis yang kontroversi itu Wimanjaya Keeper Liotohe, bukan dengan kontrioversi beliau menyuguhkan sastra akan tetapi dengan segala fakta yang ada. Begitulah sosok fenomenal seorang penulis yang jarang yang mengenal beliau, begitu beliau muncul di permukaan beliau mengguncangkan dunia. Dengan adanya sosok Wimanjaya tentunya kita belajar banyak dari beliau, kita tahu arti kehidupan sastra yang kerap kali di singkirkan dari kebenaran.

Salam Kompasiana

Sumber bacaan buku Wimanjya Keeper Liotohe.

https://id.wikipedia.org/wiki/Wimanjaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun