Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bang Haji "Balas Dendam" pada Ahok, Oh Yes?

3 Desember 2012   23:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:14 4079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak cara dilakukan untuk menghalangi Ahok ikut “memimpin” Jakarta. Diantara cara yang TIDAK BERHASIL adalah dengan mengangkat issue SARA. Nyatanya ia tetap saja terpilih dan makin populis. Caranya memimpin yang tidak biasa, membuatnya jauh lebih populis dibanding Jokowi sendiri. Kejadian itu mengajarkan kepada semua umat, bahwa dunia tidak seluruhnya harus berkumis. Tidak seluruhnya harus berjenggot.

Dan hari ini, bang Haji “ingin” (dalam tanda kutip loh!), mencalonkan diri memimpin Indonesia. Ketika dalam sebuah acara, bang Haji mengatakan bahwa tidak ingin ekonomi Indonesia dikuasai oleh etnis tertentu, maka sudah mulai banyak yang kebakaran jenggot dan juga kumis. Maka issue poligami (yang mana hanya islam saja yang membolehkan), menjadi andalan untuk menggagalkan “cita-cita” (dalam tanda kutip loh!) bang haji.

Perang artikel, sudah mulai marak. Dunia mendadak melahirkan hakim-hakim baru, pemikir-pemikir baru, pengamat-pengamat baru dan pakar-pakar baru. Dalam waktu singkat, dunia menjadi gemar membuat hipotesis atas kehidupan orang lain. Menjadi saling curiga. Yang satu mencurigai penguasaan etnis tertentu, satunya lagi mengambil kesempatan, lalu menganggap bahwa poligami sudahlah cukup mewakili untuk men-judge seseorang apakah ia cukup bermoral/tidak bermoral.

Bukankah peristiwa kemarin masih hangat? Bahwa bagaimanapun yang terjadi adalah kehendakNya, bukan kehendakmu, juga bukan kehendakku. Semoga kita masih mengingatnya. Seberapapun bang Haji dkk, menolak Ahok, bila sudah kehendakNya maka yang terjadi harus terjadi. Tak ada siapapun yang dapat menghalang-halangi.

Demikian pula hari ini ketika bang Haji menyatakan diri akan maju dalam pencalonan presiden. Betapapun banyaknya penolak, bila itu kehendakNya, tak kan ada argumen yang sanggup menghalang-halangi.

Hmm…adakah bang haji “balas dendam” atas “kekalahan” kemarin? Sehingga merasa perlu mencalonkan diri menjadi presiden, yang posisinya jelas lebih tinggi dari Ahok? Oh, yes? Oh, No…!

Dunia ini hanya panggung sandiwara saja kok. Bukan hanya bang Haji, namun kita semua sedang bermain dan memainkan peran dalam sandiwara besar. Dan DIA sedang melihat bagaimana cara kita “bermain”. Dunia hanya senda gurau.

Mari simak kata-kataNya, berikut ini:

“Sesungguhnya, kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu” (QS 47:36)

Lalu untuk apa bersitegang soal etnis, soal suku-suku dan soal bangsa-bangsa? Ini loh yang dikatakanNya untuk kita semua…

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal” (QS 49:13)

Rasanya kok tak ada yang tidak jelas, kecuali bagi yang gemar mempersulit kehidupannya sendiri lalu membawanya ke dalam penderitaan batin dan menjadikannya sebagai permasalahan besar.

Kita hanya sedang diuji. Diuji, apakah kita cukup trampil dalam berkehidupan. Dan… “kesediaan memberi kesempatan” kepada “yang berniat baik”, adalah sebuah ketrampilan. Tidak setiap manusia punya keberanian memutuskan mempelajari dan menguasai ketrampilan ini. Sebab, ia memang tidak tampak sebagai sebuah ketrampilan, sehingga tidak banyak yang tertarik. Ia bukan saja tiak bisa dilihat, tapi juga tak dapat disentuh. “Kesediaan memberi kesempatan” adalah sebuah ketrampilan yang tidak biasa. It’s a kind of soft skill.

Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah SWT. Terima kasih kepada semua tulisan yang sudah menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun