Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riuh Mengharu Rindu Sambut Lebaran

9 Juni 2019   11:36 Diperbarui: 9 Juni 2019   11:55 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo bersama keluarga bu Mardiyah

Masih sedikit banyak terkenang masa kecil. Ketika Bapak, Ibu dan lima bersaudara selalu berkumpul di rumah bersama saat Lebaran, Hari Raya Idul Fitri.

Entah berapa hitungan Natal, saya tak pulang. Tapi lebaran menjadi saat wajib tanpa kompromi, harus pulang. Hukumnya wajib buat saya. Tak pernah sekalipun saya menghabiskan waktu libur lebaran di kota lain. Selalu di kampung halaman di mana keluarga besqr tinggal.

Apapun resiko menghadapi mudik lebaran pasti diambil. Demi berkumpul bersama keluarga. Silaturahmi bukan hanya dengan keluarga inti, namun juga sanak saudara dan tetangga.

Namun, masa telah berubah, jauh ketika masa dewasa dan berkeluarga bagi anak-anak Bapak dan Ibu. Saya masih tetap dan terus pulang. Jiga adik saya yang terlecil. Namun kakak-kakak saya bergantian tak bisa selalu bersama-sama hadir ke kampung halaman. Selalu ada hal yang lain, harus dikerjakan demi keluarga baru mereka. Tetap ada silaturahmi lewat video call, tetap saling sapa. 

Seperti lebaran kali ini, kedua kakak saya tidak bisa mudik. Malah kakak pertama saya harus pergi bekerja di hari Lebaran. Saat kami bervideo call ria, kami melihat background gunung Bromo yang megah. Sebagai pemandu wisata, kakak saya memilih mengambil pekerjaan memandu para turis dari bilangan negara Eropa. Tentu saja, karena bahasa yang digunakan bahasa Perancis. 

Rindu keluarga, itu pasti, namun demi pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk pemenuhan kebutuhan, mau tak mau diambil pilihan berat itu. 

Keadaan kota Jakarta beberapa waktu lalu, mampu mempengaruhi beberapa wisatawan asing yang memilih urung datang ke Indonesia. Akibatnya, kakak saya termasuk yang kena imbasnya. Sebagai pemandu wisata, ada sampai 4 jobs dicancel. 

Sedih, pastinya. Bagaimanapun butuh hidup dan makan. Itulah mengapa, ketika waktu lebaran tiba, ada pekerjaan memandu wisata, tetap diambil. 

Kepulangan saya, adik dan keluarga lainnya, terpaksa tidak sempat bersua lama dengan kakak pertama. Demi rindu yang rouhnya menggemuruh, kakak saya sangat ingin bertemu kedua adiknya, maka pulanglah ia bersegera setelah pekerjaan selesai.

Menempuh perjalanan dengan sepeda motor dari Yogyakarta menuju kampung halaman, ditengah kepadatan lalu lintas. Ditempuh dengan hati-hati. Berkeawan lelah badan setelah bekerja, tak dirasa demi mengejar waktu bisa jumpa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun