Mohon tunggu...
Abdullah Al Aswad
Abdullah Al Aswad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Hidup untuk hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takdir, Rahasia Allah yang Ada di Tangan Kita

22 Mei 2019   15:45 Diperbarui: 22 Mei 2019   16:33 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejatinya kita hidup di dunia ini hanya menjalankan takdir,  sebagai ummat islam kita meyakini bahwa nasib kita baik yang kita harapkan maupun yang kita takutkan sudah ditetapkan oleh Allah swt. Namun sebagai makhluk yang berakal, kita pasti akan berfikir untuk apa adanya ikhtiar? Karena ikhtiar inilah misteri takdir semakin rumit,  antara percaya atau tidak percaya kita harus melalui hari-hari dengan takdir..

Lantas bagaimanakah kita menyikapi takdir? Manusia adalah makhluk Allah yang paling kompleks,  diantara kompleksitas manusia adalah manusia diberikan keinginan. Setiap manusia pasti memiliki keinginan, manusia yang mengaku tidak memiliki keinginan berarti relah piwal dari ketentuan Allah,  begitulah penjelasan sang sufi besar Maulana Jalaluddin Rumi. 

Lantas bagaimanakah titik temu antara takdir dan ikhtiar yang merupakan eksekusi dari keinginan? Pada dasarnya takdir terjadi karena adanya keinginan,  seseorang akan diberikan keinginan sehingga ia akan berikhtiar dan hasilnya itulah yang disebut takdir

Ketika hasilnya sesuai dengan yang ia inginkan maka itulah takdir yang baik menurutnya dan ketika hasilnya tidak sesuai dengan yang ia inginkan maka  itulah takdir buruk menurutnya. Jika seseorang ingin menjadi penguasa maka sejatinya ia sedang mengundang takdirnya,  jika keinginannya tercapai maka takdirnya baik menurutnya dan jika sebaliknya maka itulah takdir buruk menurutnya

Namun terlepas dari apakah itu takdir baik menurut kita ataupun takdir buruk,  sesungguhnya itu adalah kehendak Allah. Baik atau tidaknya takdir tujuannya hanya satu,  apakah kita masih beriman dengan takdir itu ketika ia buruk menurut kita sebagaimana kita beriman kepada takdir itu ketika ia baik, ataukah iman kita hanya sebatas pada takdir yang baik saja

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing,  apakah kita sudah beriman secara totalitas atau belum. Kita hidup di bumi Allah,  maka berlakulah sebagaimana Allah mengatur buminya,  tak perlu menghabiskan keimanan hanya demi menghabiskan musuh. Tak perlu menjual Tuhan untuk nafsu yang tak bertuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun