Mohon tunggu...
Money Pilihan

Mengapa Uber Bisa Diakuisisi Grab yang Bukan Tandingannya?

30 Maret 2018   02:38 Diperbarui: 30 Maret 2018   03:01 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari tahun 2008 di Paris, ketika Travis Kalanick dan Garret Camp mendapatkan masalah karena badai salju yang menyulitkan mereka untuk mendapatkan taksi. Mereka berfikir, mengapa tidak mencari solusi dengan hanya tap a button and get a ride. Dengan ide yang sederhana itu, mereka mulai mencari investor dan juga orang yang bisa membuat aplikasi seperti yang mereka rencanakan. 

Mereka memulai semuanya dengan sangat mulus dan tanpa halangan, bisnis yang mereka geluti selama 7 tahun sudah berkembang dengan sangat pesat dan luas. Namun, pada November 2017 Uber melaporkan kerugian kuarter ketiga mereka yang mencapai $1,5 juta yang memperparah catatan merah 2017 dengan kerugian mencapai $3,2 miliar, kerugian semacam ini tidak dapat dilanjutkan kembali dan menjadi PR besar bagi Uber untuk segera menyelesaikannya jika tidak mau merugi di kemudian hari.

Pada akhirnya, Uber tetap harus mengalah dan menjual kemilikan mereka di 8 negara kepada Grab saingan ketat merka di negara kawasan Asia Tenggara. CEO mereka, Dara Khosrowshahi menjadi bagian dari Grab dan juga Uber mendapatkan saham sebesar 27,5 persen di Grab sebagai ganti akuisisi yang terjadi. Lalu, apakah Uber mengalami kebangkrutan? Tentu saja tidak, mereka memilih strategi yang tepat dengan mundur selangkah untuk maju lima langkah. 

Kita harus melihat semua perubahan dengan detail yang ada, dengan saham sebesar 27,5 persen yang dimiliki Uber dari Grab saja mereka sudah bisa menghasilkan $1,6 miliar dari total nilai saham yang dimiliki Grab senilai $6 miliar, dan jika dibandingkan dengan investasi Uber di Asia Tenggara yang hanya berkisar $700 juta selama lima tahun terakhir merupakan nilai yang sangat jauh. Begitupun dengan Grab, pesaing utama di industri ini sudah bisa dikalahkan dan pelanggan dari Uber akan beralih menjadi pelanggan Grab pastinya. 

Sebagai perusahaan swasta, tidak mungkin kita menganalisis presentasi kepemilikan saham Grab. Tetapi, Uber sendiri telah mengumumkan bahwa mereka mendapatkan saham sebesar 27,5 persen di Grab yang mana merupakan presentasi yang cukup tinggi, dan bagi Grab sendiri Uber merupakan salah satu investor terbesar mereka yang bisa menyokong dan memberikan masukan kepada bisnis yang mereka jalani. 

Saat ini, wilayah yang merugikan Uber sudah tercover oleh Grab, dan pendapatan di wilayah tersebut sudah naik 2 kali lipat selama dua tahun terakhir yaity $5 miliar pada tahun 2017 dan akan naik menjadi empat kali lipat pada tahun 2025 menjadi $20 miliar. Untuk itu, Grab membayar kepada Uber kurang dari $100 juta untuk memberikan 500 staff mereka kepada Grab disamping bisnis angkutan dan Uber Eats. Terlebih lagi, dalam keuntungan operasional mereka mendapatkan dewan direksi baru dan juga mendapat Didi's China sebagai investor mereka. 

sources: www.forbes.com, www.techcrunch.com, www.uber.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun