Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Anjay, Aku Jadi Avatar

3 September 2020   13:57 Diperbarui: 3 September 2020   13:53 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil editing fitur avatar (Sumber: Screenshoot via Facebook, Dokpri)

Kita mundur sejenak, kembali ke tahun 2009, bersama film Avatar.
Tentu kita masih ingat dengan Avatar, film besutan James Cameron telah menarik perhatian kita pada masa itu. Film ini menceritakan tentang kehadiran manusia bumi yang ingin menempati planet baru (Pandora), planet yang sudah ditempati oleh suku Na'vi.

Saya masih ingat pada saat itu, hanya bisa menikmati film tersebut melalui kepingan kaset dvd yang saya beli seharga Rp. 8.000,- di sebuah toko yang menjual dvd bajakan. Kemudian, dengan tambahan peralatan: laptop, LCD projector, dan sound sistem, saya bersama beberapa sahabat, dan siswa mengadakan acara nobar, sambil mencari pesan yang terkandung dalam film tersebut. Secara khusus, kami mencari pesan film yang berkaitan dengan lingkungan.

Secara umum, film ini ingin menggambarkan adanya konflik antara: manusia bumi, yang ingin menguasai tanah Pandora dengan penduduk pribumi (manusia Pandora) yang ingin mempertahankan tanah mereka. 

Akibatnya adalah kehancuran yang dialami oleh suku Na'vi. Namun mereka tidak mau tinggal diam dan membiarkan tempat tinggal dan lingkungan mereka dirusak dan dihancurkan oleh manusia yang serakah. Akhirnya pertempuran dimenangkan oleh suku pribumi, dengan bantuan ibu pertiwi (The Mother Nature).

Film Avatar dapat dikatakan sebagai film anti korporasi, anti imperialisme, dan anti teknologi. Dapat disimpulkan bahwa film ini bermaksud menyampaikan pesan ekologis bagi generasi muda untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Untuk menjelajahi biosfer Pandora, para ilmuwan menggunakan hibrida Na'vi dan manusia yang disebut "avatar", yang dioperasikan oleh manusia sesuai genetiknya.

Maju sedikit ke tahun 2010, tentu kita juga masih ingat dengan film Avatar: The Last Airbender, film yang menceritakan kehidupan seratus tahun sejak negara api mendeklarasikan perang terhadap tiga negara lain, yaitu udara, air, dan bumi. 

Diceritakan bahwa negara api memiliki ambisi kuat untuk mengalahkan ketiga negara itu dan menguasai dunia. Kita masih ingat dengan tokoh Aang, dimana ia adalah satu-satunya Avatar atau orang yang mampu menguasai semua elemen, udara, air, bumi, dan api. 

Film Avatar: The Last Airbender sebenarnya unik dan inovatif dalam membangun konsep "pengendalian elemen", kemampuan untuk memanipulasi unsur-unsur bumi, api, air, udara.

Melihat film ini, kemudian saya teringat kepada salah seorang sahabat, yang memiliki nama King Fire. Mungkin nama tersebut diberikan karena terinspirasi dari salah satu tokoh dalam film tersebut. Tentunya sebuah nama memiliki makna dan harapan, raja api bisa saya maknai mampu memberi semangat, terang, sumber tenaga.

Maju lagi ke tahun 2020, khususnya awal bulan September ceria ini, lini masa media sosial Facebook baru-baru ini dibanjiri dengan unggahan yang menampilkan fitur avatar buatan penggunanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun