Siapa pun jika akan sebuah acara tentu mengadakan persiapan dengan sebaik-baiknya agar bisa tampil sebaik mungkin. Gladi kotor dan gladi bersih sedapat mungkin diadakan.
Demikian juga dalam pagelaran wayang kulit, komunitasnya juga akan mengadakan persiapan yang tak kalah ribetnya. Latihan rutin tak menjamin bisa tampil sebaik mungkin, walau pun setidaknya bisa meringankan persiapan yang akan diadakan. Pemilihan dalang, sinden, panjak, atau penyanyi tamu serta tembang-tembang yang akan ditampilkan. Juga pakaian yang layak digunakan dalam penampilan tersebut. Termasuk ‘sesaji’ yang harus disiapkan sebagai ungkapan kebanggaan akan budaya.
Latihan dan persiapan dengan anggota secara lengkap memang kadang sulit untuk dilakukan dalam persiapan pagelaran wayang kulit yang menerima tanggapan yang bersifat non profit alias hanya untuk mempertahankan seni budaya nusantara. Diberi honor seratus ribu untuk panjak, seratus lima puluh ribu untuk sinden, dan tiga ratus lima puluh ribu untuk ki dalang sudah cukup membuat senang dan bangga. Honor ini pun kadang dikumpulkan sebagian untuk kelangsungan hidup komunitas.
Kebanggaan ini tentu semakin bertambah saat penonton mau atau betah menonton sampai tuntas. Apalagi juga banyak anak yang ikut nonton walau tak sampai tuntas. Setidaknya mereka mulai mengenal dan mencintai wayang kulit.
Â