Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mereka Bukan Guru tetapi Pendidik Sejati

26 November 2020   19:47 Diperbarui: 26 November 2020   20:13 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbincang setelah pelajaran usai. Dokpri

Setelah melihat keceriaan anak-anak desa yang sedang bermain di dam, perjalanan berlanjut ke arah selatan.  Hanya beberapa ratus meter dari dam tersebut, penulis mampir ke rumah seorang warga Dusun Karang Nongko. Panggil saja namanya Mbak Nurhayati, seorang ibu muda dengan dua anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.  

Sebuah rumah kecil nan sederhana berukuran sekitar 4 x 9 m, berdinding asbes, beratap seng, dan berlantaikan plesteran semen yang sudah mulai hancur dan dilapisi dengan perlak plastik. Hal yang menarik dari rumah sederhana ini adalah sejak maret 2020 dijadikan tempat belajar bersama khusus anak kelas 2 SD di desa tersebut,  sejak pemerintah memutuskan pembelajaran jarak jauh (belajar dari rumah) untuk mencegah dan memutus penyebaran covid-19.

Ruang tamu yang hanya berukuran 2 x 4 m dengan jendela kaca yang tak dapat dibuka untuk sirkulasi udara dan hanya sekedar untuk masuknya sinar mentari kala sore hari, terasa cukup pengap. Apalagi diisi 14 anak yang mengikuti pembelajaran jarak jauh. Kesegaran udara di dalam ruangan tentu saja sangat jauh berbeda dengan udara di luar yang sangat segar karena merupakan hamparan kebun dan sawah yang menghijau.  

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Sempit dan sedikit pengapnya ruangan tak mengurangi kegembiraan dan keceriaan anak-anak untuk belajar bersama. Bagi mereka belajar bukanlah sekedar menuntut ilmu, tetapi juga belajar hidup bermasyarakat, belajar mengenal pribadi setiap temannya, juga bermain penuh kegembiraan. Bukan hanya bermain dengan teman tetapi juga bermain dengan guru mereka yang adalah salah satu dari orangtua mereka. Di sinilah mereka belajar secara alamiah sambil belajar budi pekerti dan kesantunan dalam pergaulan.

Mbak Nurhayati bukanlah seorang guru, namun kecintaan pada anak-anak ia pun rela mengajar di rumahnya yang sederhana. Mbak Nurhayati tidak sendirian, sekali pun dalam pelaksanaan pembelajaran boleh dikatakan ia gurunya. 

Pada saat anak-anak istirahat atau setelah pulang, 3-5 ibu-ibu yang merupakan orangtua siswa yang mengantar dan menunggu putra-putrinya ikut membicarakan materi yang telah dan akan diajarkan. Tak ada saling silang atau debat kusir, mereka saling melengkapi dengan gaya bebas dan guyonan ala orang desa. 

Mereka bukanlah pengajar atau guru tapi apa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa mereka pendidik yang sejati. Tanpa pamrih selain masa depan anak-anak yang saat ini belum bisa menikmati indahnya belajar di sekolah dan baru sekali mendapat kunjungan dari guru mereka di sekolah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Berapa honor yang diterima Mbak Nurhayati? Mereka saling berpandangan ketika penulis menanyakan hal tersebut dan hanya senyum ketulusan yang tersungging di bibir kejujuran mereka. Sebuah jawaban yang indah dari keluguan dan kesederhanaan orang desa yang harus dimengerti artinya.

Jam 10.30 setelah istirahat beberapa menit, salah seorang ibu memanggil putra-putri mereka untuk kembali masuk ke dalam ruangan. Mbak Nurhayati, yang sedang membuat alat peraga langsung berhenti dan memberi sedikit penjelasan untuk tema esok pagi yang harus dikerjakan. 

Setelah selesai, mereka pun berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa lalu memberi salam dan salim pada Bu Guru Nurhayati saat akan meninggalkan tempat belajar. 

Senyum kegembiraan tetap terpancar dari wajah-wajah anak-anak yang tak mengenakan masker. Tak perlu ditanyakan dan diperdebatkan mengapa mereka tidak memakai masker. Namun penulis akan berusaha dalam dua tiga hari lagi mereka akan memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun