Perjalanan menyusuri kehidupan kadang membuat diri menjadi lelah dan kadang juga membuat kecewa kala kegagalan harus dirasakan.Â
Sehingga kita harus duduk selonjor dan merenung di salah sudut hamparan kehidupan yang sebenarnya begitu indah dan menawan serta membahagiakan namun justru kegagalan karena salah langkah dan bertindak.Â
Pertanyaan pun muncul dalam diri mengapa salah langkah? Banyak alasan yang membuat seperti ini entah dari diri sendiri atau keadaan bisa juga karena pihak lain. Tentu sangat bijak jika tidak serta merta menyalahkan keadaan dan pihak lain sebelum melihat diri sendiri.
Sabtu lalu, saat saya istirahat di salah satu sudut sawah garapan yang membentang hijau nan subur tetapi di hamparan lain yang mulai menguning tampak banyak padi yang kopong karena disantap pipit kala sari padi masih muda.Â
Pipit memang salah satu hama padi yang cukup menjengkelkan, ratusan pipit dalam sehari jika menghisap bulir-bulir padi muda maka kala panen hanya padi ompong yang didapat.Â
Pipit memang mencari makan yang enak untuk hidup seperti halnya manusia selalu memilih yang enak.Â
Namun demikian jika padi tidak ada bukan berarti pipit-pipit akan mati kelaparan sebab mereka juga bisa melahap biji-biji rumput kering atau bunga-bunga rerumputan dan ilalang bahkan biji-biji sesayuran dan perdu kecil yang banyak tumbuh liar.
Kenyataan selisih waktu tanam tiap lahan yang berbeda walau hanya beberapa hari membuat para pipit berpesta pora di lahan yang tidak dilindungi.
Kala saya duduk di salah satu sudut sawah pun melihat beberapa bulir padi yang berdiri tegak karena muda dan belum berisi. Akankah saya membiarkan mereka ini hidup tanpa perlindungan dan pada akhirnya menjadi sia-sia.Â
Bahkan kala padi sudah tua pun tetap tegak tanpa isi. Atau mungkin menunduk malu dengan sedikit butir padi berisi karena lainnya telah habis akibat kesombongan. Bahkan ada juga yang telah tua namun tetap tegak berdiri walau pun biji padinya tinggal sedikit.