Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Street Photography] Di Jalanan Kala Hujan Turun

27 April 2020   16:24 Diperbarui: 27 April 2020   18:16 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Hari ini, setelah posting Saatnya Kembali ke Selera Asal: Nikmati Buah Lokal, saya tidak ke sawah seperti biasanya tetapi ke bengkel untuk perbaikan shockbreaker.  Tempatnya di jalan poros utama yakni Jl. Ranu Grati menuju perumahan tempat tinggal kami dan hanya sekitar 700 m dari rumah. Hingga th 84, jalan ini masih merupakan jalan setapak selebar 2 m dengan jembatan gantung bambu selebar 1,5 m membentang 30 m menyeberangi dua sungai, Kali Bango dan Kali Sari. 

Sebagai awal pembangunan perumahan sederhana, pahun 1985 dibangunlah jembatan selebar 10 m  membentang sepanjang  75 m. Perkembangan pesat perekonomian, perumahan ini kini menjadi wilayah kelas menengah dan cenderung menjadi kota baru dengan segala fasilitasnya sehingga jalan poros ini tampak sempit karena lalulintas menjadi padat merayap sepanjang hari. Kecuali pada masa pandemi Covid-19 ini cukup lengang.

Dokpri
Dokpri
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Sambil menunggu perbaikan, seperti biasa saya mencoba menangkap semua kejadian yang ada di depan saya dengan kamera gawai. Dengan sudut pandang sekitar 40 derajat saja ternyata banyak hal yang bisa dilihat aneka tingkah para pengguna jalan. Mulai dari pejalan kaki, pengayuh becak dan sepeda pancal, pedagang dengan gerobaknya yang ditarik dengan sepeda motor, dan tentu saja paling banyak yang saya tangkap adalah pemakai sepeda motor. Mulai dari remaja, ibu-ibu, dan kaum pria dengan tujuan masing-masing namun semuanya adalah gerak mencari kesejahteraan kehidupan mereka.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Hal yang cukup menarik perhatian saya selama membidikkan kamera gawai selama 35 menit mulai gerimis hingga hujan, betapa wanita justru yang paling banyak tertangkap perjuangannya dengan membawa anak-anaknya. Ada sekitar 32 jepretan wanita yang membawa anaknya di boncengan depan. Anehnya, kaum pria justru lebih banyak tertangkap sebagai pelanggar tanpa memakai helm. Ada sekitar 47 pengendara tak termasuk pembonceng. Apakah sebagai pertanda kesombongan kaum pria atas kekuatan fisiknya dibanding dengan kaum perempuan yang lemah secara fisik namun justru harus berjuang bersama anaknya di tengah kerasnya jalanan yang harus dilalui.

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Antara pencari nafkah dan pelanggar tanpa helm. Foto: dokumen pribadi
Antara pencari nafkah dan pelanggar tanpa helm. Foto: dokumen pribadi

Hidup adalah perjuangan tetapi bukan berarti harus melupakan atau mengabaikan aturan yang justru akan menyebabkan sebuah petaka bagi diri sendiri atau orang lain. Bukan karena tak mau kehujanan atau terlambat lalu seenaknya mengendari kendaraan semau gue.  Aturan tetaplah harus dijalani demi keamanan dan juga sebagai contoh bagi anak-anak dan kaum muda yang hidupnya penuh gejolak darah muda.
Inikah gambaran sebagian dari kita yang selalu merasa lebih baik dari yang lain?

Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Foto: dokumen pribadi
Hati-hati ya...Dik. Mana helmnya? Dokpri
Hati-hati ya...Dik. Mana helmnya? Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun