Kolaborasi anak mudaÂ
Anak muda hari ini terutama Generasi Milenial dan Generasi Z dikenal sebagai generasi yang terlahir di tengah revolusi digital. Keunggulan mereka seringkali dikaitkan dengan kemahiran teknologi, kreativitas individu, dan semangat wirausaha. Namun, jika kita melihat lebih dalam pada fenomena sosial dan kompetisi yang mereka ikuti, satu kekuatan fundamental muncul sebagai penentu keberhasilan mereka, yakni kolaborasi.
Kolaborasi bukan hanya bagian dari soft skill lagi, melainkan prinsip utama yang mendefinisikan persatuan, persaingan, dan bahkan kemanusiaan mereka. Bagi anak muda masa kini, mencapai puncak tidak berarti berjalan sendirian, tetapi itu juga bisa berarti membangun jaringan, saling mendukung, dan menyalurkan kekuatan kolektif untuk tujuan bersama. Fenomena ini terlihat jelas, baik dalam aksi solidaritas sosial yang mendalam, maupun dalam ajang kompetisi formal yang tampak individual.
Duka mendalam untuk Affan Kurniawan
Ketika Solidaritas  dan Kolaborasi Berbicara
Peristiwa yang melibatkan bersatunya para pengemudi ojek online untuk Affan Kurniawan adalah narasi paling otentik tentang bagaimana semangat kolaborasi Generasi Z dan Milenial bekerja. Kisah Affan, seorang individu yang mengalami musibah, seharusnya menjadi kisah duka pribadi atau sebatas insiden lalu lintas. Namun, melalui lensa anak muda zaman sekarang, peristiwa ini bertransformasi menjadi manifestasi persatuan dan gotong royong digital yang sangat efisien.
Di tengah demonstrasi yang terjadi, kita sebagai masyarakat  berduka untuk Affan Kurniawan, korban lain, dan buruknya kondisi negara ini. Seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, menjadi korban tabrak lari yang fatal saat bertugas mengantar makanan di tengah aksi demonstrasi. Kejadian tragis ini terjadi di depan Rusun Bendungan Hilir II pada Kamis malam, 28 Agustus 2025. (1)
Persatuan Anak Muda pada Ojek Online untuk Affan Kurniawan adalah contoh nyata keunggulan kolaborasi berbasis jaringan. Dalam hitungan jam, informasi mengenai kasus Affan menyebar luas melalui berbagai kanal digital seperti grup WhatsApp, thread di Twitter (X), serta unggahan di Instagram. Platform-platform yang sebelumnya hanya dimanfaatkan untuk memantau pesanan atau menyampaikan keluhan operasional, seketika beralih fungsi menjadi sarana penggalangan dana, koordinasi massa, dan pusat penyebaran informasi yang terorganisasi.
Video yang merekam kejadian tersebut tiba-tiba viral dan tersebar di sosial media. Saksi mata, Kevin, menyebutkan bahwa Affan terjatuh dan tertabrak, namun pengemudi mobil tersebut tetap melaju dan melindas korban(1). Terlebih lagi, sanksi yang diberikan begitu ringan, yaitu berupa permohonan maaf dan penempatan di tempat khusus selama 20 hari. Melalui kejadian ini, kita mengetahui betapa bobroknya hukum di Indonesia(2).Â
Selain itu, jika ditarik lagi lebih mendalam, kejadian ini membuktikan bahwa bagi anak muda zaman sekarang, persatuan kolektif akan selalu menjadi prioritas dalam menghadapi krisis sosial. Mereka mengubah tragedi menjadi sebuah masterpiece kolaborasi, di mana setiap driver Ojol, meskipun adalah pesaing bisnis, berperan sebagai satu unit penyelamat, mengikat janji kemanusiaan melalui kekuatan konektivitas digital. Hal tersebut dibuktikan dengan aksi solidaritas yang dilakukan para ojol, yaitu mematikan aplikasi sebagai bentuk penghormatan terakhir Affan Kurniawan (3). Peristiwa ini tidak terlepas dari rasa solidaritas , kolaborasi sesama ojol, semangat persatuan.