Menerima diri sendiri adalah suatu proses psikologis dalam diri manusia, yang dianggap sebagai awal dari permulaan yang baik untuk menjalani kehidupan sebagai individu yang utuh.
Manusia mengetahui dan sadar akan kekurangan dan kelebihannya, potensi serta kemampuannya dan bisa menyesuaikan sekaligus menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Proses mengenal dan menerima diri sendiri akan membawa kita kepada kesadaran dalam bersikap dan bertindak di lingkungan serta bijak dalam mengambil keputusan-keputusan dalam hidup.
Namun, masih bisa dijumpai, banyak orang yang masih salah kaprah dalam menerima diri sendiri.
Kesalahan ini yang mengakibatkan konsep menerima diri sendiri sebagai hal yang nihilis dan gila, setidaknya begitu ujar Jordan Peterson.
Salah kaprah dalam menerima diri sendiri akan berujung pada individu yang hidup pasif, apa adanya, dan tidak bertanggung jawab. Dan terkadang orang-orang yang seperti ini malah membuat hidupnya sendiri jadi bermasalah.
Berikut saya akan tuliskan beberapa hal yang bisa saja terjadi akibat salah kaprah dalam menerima diri sendiri.
Eufemisme dari "tidak ingin berubah"
Eufemisme, menghaluskan ungkapan yang dirasa kasar. Mungkin dalam benak kita secara tidak sadar, mengungkapkan "aku gak pengin berubah, aku mau seperti ini saja" itu terlalu kasar dan frontal kepada diri sendiri ataupun ke orang lain.
Penggunaan "menerima diri sendiri" yang diucapkan mungkin lebih baik dan sesuai agar tidak bersinggungan dengan ego kita.
Tapi bisa saja ini hanya pengalihan terselubung (yang kembali tidak disadari) untuk memuaskan diri sendiri dan menjaga harga diri. Mungkin dalam psikoanalisis bisa disebut dengan denial?
Menerima diri sendiri apa adanya
Menerima diri sendiri memang sah-sah saja. Tetapi menerima diri sendiri apalagi secara "apa adanya" bisa berujung pada tindakan yang kelewat santai, acuh, bermalas-malasan dan pasif dalam menghadapi hidup.