Sebenarnya, ketika saya mulai menulis pertama kali di Kompasiana, beberapa jam yang lalu, ada kebingungan hadir di dalam diri sendiri. Â
Di tengah jutaan orang yang pinter-pinter di sini, kayaknya semua hal sudah dibahas dan diteliti. Ibarat pepatah, ada udang di balik batu, dimana semua batu sudah dibalik dan udang sudah digoreng, bagi saya si pemula ini kayaknya sulit untuk menemukan niche yang cocok untuk dijadikan bahan tulisan.
Mau politik dan budaya, sepertinya sudah ada ribuan penulis yang tulisannya luar biasa bagus. Mau kuliner, maaf saja, saya tidak mampu karena masak yang saya tahu cuma indomie dan telur ceplok. Mau bahas olahraga, lha ya wong saya sudah tua dan sudah jarang mengikuti perolahragaan, mau bahas apa.
Sampai ujungnya, dan karena saya pikir percuma juga kalau cuma masuk, nulis sekali dan kemudian berhenti, saya menjelajahi menu-menu di Kompasiana. Saya berusaha menemukan menu-menu yang sekiranya bisa cocok dengan selera (dan passion yang ada di dalam diri sendiri).
Ndilalahnya, tiba-tiba ide itu muncul ketika melihat menu Halo Lokal, yang ternyata tidak ada kata BOGOR nya. Entah kenapa yah, padahal saya tahu banyak orang Kota Hujan yang jago nulis, cuma kok tidak ada di Kompasiana. Jadilah, itu ide pertama yang muncul untuk tulisan saya di Kompasiana.Â
Sebagai orang Bogor, tidak ada salahnya saya menyelipkan sedikit di Kompasiana yang terkenal ini, cerita-cerita dari kehidupan di Kota Hujan, yang terlihat di depan mata. Toh, idenya sama dengan blog yang pertama kali saya buat, dan masih hidup sampai sekarang, yaitu Lovely Bogor.
Ide kedua muncul saat membuat dan melihat posting pertama di sini, yaitu tentang foto. Rupanya Kompasiana agak kurang foto karena kebanyakan adanya ilustrasi yang diambil dari sumber gratis Pixabay, Pexels, dan sejenisnya. Jarang sekali tulisan yang berisikan foto original.
Memang sih, kalau melihat platformnya, sulit dijadikan ruang untuk memajang foto sendiri, dan mungkin selera pembacanya.Â
Tapi, saya pikir, mungkin karena itulah banyak orang punya hape bagus, tapi fotonya terasa tidak bagus. Itu karena Kompasiana tidak dimanfaatkan untuk menjadi sarana berbagi pengetahuan motret.. (#kesimpulan random bin ngawur buatan sendiri).Â
Jadi, akhirnya, saya memutuskan, untuk diri sendiri untuk mempergunakan Kompasiana sebagai sarana menuliskan tentang Bogor dan segala sesuatu terkait foto (fotografi). Kebetulan, saya punya pengetahuan sedikit tentang keduanya. Saya orang Bogor dan bisa memotret dengan cukup baik.