Mohon tunggu...
ardo ridhopratama
ardo ridhopratama Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa HI

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konflik Tak Berujung Yaman

15 Juni 2020   04:14 Diperbarui: 15 Juni 2020   04:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Yaman pada awalnya terpisah menjadi dua bagian yaitu Yaman Utara dan Yaman Selatan. Kemudian pada tahun 1990 kedua bagian Yaman bersatu membentuk satu negara, akan tetapi persatuan keduanya hanya bertahan selama empat tahun karena pada tahun 1994 gerakan separatis berusaha untuk memisahkan kembali Yaman Utara dengan Yaman Selatan yang kemudian menimbulkan perang saudara. Kejadian tersebut terjadi bukannya tanpa alasan, beberapa hal yang terjadi ketika Yaman bersatu menjadi pemicu pecahnya perang tersebut dimulai dari kebijakan peerintah pada masa pemerintahan Ali Abdullah Saleh di tahun 1990 yang sebelumnya merupakan pemimpin di Yaman Utara.

Pada masa pemerintahannya Ali Abdullah Saleh ia mengangkat banyak keluarga dan kerabatnya untuk menduduki posisi penting di pemerintahan, mulai dari menteri, perwira tinggi tentara dan bagian vital pemerintahan lainnya. Di masa pemerintahannya juga terjadi korupsi dalam jumlah sangat besar di Yaman sehingga memicu kemarahan masyarakat, bahkan untuk melindungi posisinya Ali Abdullah Saleh bersekutu dengan AQAP atau nama lain Al Qaeda di tanah Arab yang berawal dari Islam Sunni dan Ikhwanul Muslimin dibawah pemerintahan Jenderal Ali Mohsen al-Ahmar.

Selama masa protes masyarakat terhadap Ali Abdullah Saleh di tahun 2011, tidak sedikit pula yang membelanya. Secara umum Yaman terbelah menjadi dua antara kubu Ali Abdullah Saleh dengan Ali Mohsen al-Ahmar yang sebelumnya mengabdi padaAli Abdullah Saleh justru ternyata berbalik dan mendapatkan kekuatan lain memanfaatkan persaingan faksi, militan dan kekuatan militer yang berhasil dipengaruhi. Sebelumnya di Yaman Utara juga terjadi pergolakan dalam Sekte Zaydi yang merupakan bagian dari Islam Syiah, sekte ini telah memimpin Yaman Utara sampai 1962 dan terus mengalami kemiskinan sehingga memicu gerakan separatis yang disebut Houthi.

Intensitas peperangan di Yaman terus meningkat sejaktahun 2000, puncaknya di tahun 2009 dimana pemberontakan Houthi menjadi sangat besar membuat negara tetangga Yaman dan pemerintahan negara Teluk Arab berkoalisi untuk membantu pemerintahan Yaman. Peperangan di Yaman semakin diperburuk dengan bergabungnya pihak asing dalam peperangan, diawali dengan koalisi negara Teluk Arab dalam pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan dan kampanye pada kelompok Houthi yang melawan pemerintahan transisi Yaman yang dipimpin oleh Abd Rabbu Mansour Hadi yang terpilih di tahun 2012. Sejak saat itu koalisi negara Teluk Arab terus melakukan intervensi di Yaman dan dibantu dengan intelijen dan logistik dari Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan pemasok senjata utama bagi tentara pemerintahan Yaman untuk melawan Houthi yang masih menduduki Ibukota Yaman.

Konsep "Perang Saudara" di tanah Arab lebih mengarah pada keterikatan keluarga, bukan antar warga negara seperti pada umumnya. Di tanah Arab, klompok sosial cenderung menjadi partisan baik suku, sekte atau etnis. Artinya, perang tidak akan selesai ketika salah satu ideologi berhasil mengalahkan yang lainnya melainkan akan terus berlanjut selama di tanah Arab masih ada suku, sekte atau etnis maka perang akan terus berlanjut. Ironisnya beberapa tahun belakangan beberapa pihak (warlord) memanfaatkan kondisi konflik ini sebagai lahan bisnis dengan cara memperjual belikan senjata, informasi bahkan sampai pada tentara bayaran tentunya hal ini juga terjadi di Yaman.

"di Yaman saat ini, perang bukan lagi tentang kemerdekaan atau tentang baik dan benar, disana (Yaman) perang adalah mata pencaharian." Demikian yang disampaikan seorang pria asal Yaman berinisial T yang penulis jumpai beberapa waktu lalu.

"malam ini kita bisa makan bersama sebagai satu keluarga, tetapi di pagi hari kita bisa berjumpa di medan perang dan saling membunuh memperjuangkan apa yang kita yakini atau hanya demi sedikit uang untuk membeli makanan" lanjutnya.

Hingga saat ini, perang saudara di Yaman belum terlihat ujungnya, terlalu banyak faktor yang mempengaruhi jalannya perang ini baik dari sisi agama (Syiah dan Sunni), kelompok, suku, kekuasaan dan berbagai hal lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun