Keinginan menjadikan kawasan Blok M menjadi primadona seperti masa lalu merupakan program kerja pilihan Gubernur Jakarta Pramono Anung.Â
Pramono ingin Blok M menjadi hub utama. Untuk itu akan direvitalisasi pembangunan pendestrian, taman, transportasi, dan fasilitas pendukung lainnya.
Menjadikan Blok M sebagai hub utama itu sangat mungkin sebab berbagai sarana transportasi seperti MRT, Trans Jakarta, serta jenis moda angkutan lainnya melintasi dan menuju dari dan ke arah Blok M bahkan ada stasiun, shelter, dan terminal yang bukan hanya untuk menaikan dan menurunkan penumpang namun juga terintegrasi.
Persilangan dan terintegrasinya beragam transportasi serta didukung berbagai fasilitas yang sudah ada, mall-mall besar, taman, dan sarana hiburan dan perbelanjaan, membuat keinginan untuk menjadikan hub utama merupakan harapan yang sangat mungkin tercapai.
Kalau kita lihat di tahun 2000-an, Blok M merupakan primadona tidak hanya bagi warga Jakarta namun juga bagi warga Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor bahkan Karawang, Purwakarta, dan Serang.Â
Pada hari libur terutama Minggu, ribuan orang berbondong-bondong datang dari segala penjuru ke Blok M, entah untuk belanja atau sebatas jalan-jalan.
Saat itu orang mudah ke Blok M sebab di sana ada terminal yang mempunyai trayek dari dan ke berbagai terminal di Jakarta bahkan dari luar Jakarta seperti dari Bekasi, Purwakarta, Tangerang, Bogor, dan Depok.
Seiring perjalanan waktu, keberadaan Blok M menurun bahkan semakin sepi hingga banyak toko terutama yang berada di bawah terminal tutup.Â
Hal demikian bisa terjadi karena, 'pertama', banyak berdiri mall dan kawasan bisnis di kawasan penyangga Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor.Â
Mall dan kawasan bisnis yang berdiri di kawasan penyangga itu kualitasnya tidak kalah dengan mall besar di Jakarta. Akibat yang demikian membuat pergerakan orang ke Blok M menjadi terputus.Â