Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa PDIP Jadi Partai Pilihan?

9 Januari 2018   08:51 Diperbarui: 9 Januari 2018   09:34 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di awal tahun 2018, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengeluarkan hasil survey yang bisa jadi mencengangkan kita dan partai politik yang ada. Dalam survei yang dilakukan mulai tanggal 7 hingga 13 Desember 2017 itu menghasilkan sebuah kesimpulan, bila Pemilu Legislatif dilakukan hari ini maka Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan menjadi pemenang. Menjadi pemenang sebab partai berlambang banteng moncong putih itu menempati posisi teratas sebagai partai yang dipilih rakyat.

Tingkat keterpilihannya, melambung tinggi mengalahkan partai-partai yang lain. Berdasarkan survei, PDIP mendapat 21,4 persen, Golkar 9,4 persen, Gerindra 6,8 persen, Demokrat 5,4 persen, PKB 4,0 persen, PKS 2,7 persen, PPP 2,0 persen, Nasdem 1,6 persen, Perindo 1,4 persen, PAN 1,4 persen, Hanura 0,4 persen, PKPI 0,1 persen, dan PBB 0,1 persen.

Dalam survei selanjutnya, saat diajukan pertanyaan semi terbuka dengan menyantumkan nama-nama partai, PDIP pun masih sebagai partai yang berada pada puncak posisi. Pada survei yang menyantumkan nama, PDIP mendapat persentase sebesar 27,6 persen, jauh mengungguli Golkar yang hanya 12,1 persen, Gerindra 8,9 persen, Demokrat 7,7 persen, PKB 6,3 persen, PKS 3,8 persen, PPP 3,3 persen, Nasdem 2,9 persen, Perindo 2,6 persen, PAN 2,0 persen, partai yang dipimpin Jokowi 1,2 persen, Hanura 1,1 persen, PBB 0,3 persen, PSI 0,1 persen, PKPI 0,1 persen, dan Partai Idaman 0,1 persen.

Menurut SMRC, survei tersebut melibatkan 1.220 responden dan sampel diambil secara multistage random sampling dengan margin of error survei 3,1 persen. Bagi PDIP, survei tersebut tentu membanggakan dan bisa menjadi pemicu semangat untuk terus maju dalam Pilkada 2018 dan Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden 2019. Namun bagi partai yang lain, meski dikatakan ilmiah, survei tersebut tentu menjadi perdebatan sebab selisih antara PDIP dengan partai yang lain sangat njomplang atau jauh banget.

Bila PDIP hari-hari ini berjaya, gemilang, seperti yang digambarkan oleh survei di atas, itu wajar dan masuk akal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan PDIP berjaya pada hari ini. Faktor tersebut adalah, pertama, sebagai partai utama pengusung dan pendukung Presiden Joko Widodo, PDIP mendapat cipratan citra dari kinerja Joko Widodo. Diakui oleh banyak pihak pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah saat ini berhasil. Gemerlap pembangunan yang dilakukan di banyak tempat di Indonesia mampu meningkatkan kepuasan masyarakat pada Joko Widodo. Sebagai imbalan kepuasan masyarakat pada Joko Widodo maka masyarakat yang merasa puas, menjatuhkan pilihannya pada PDIP sebagai partai asal Joko Widodo. Masyarakat memilih PDIP sebab Joko Widodo disebut sebagai petugas partai dari PDIP.

Selain PDIP mencapat citra positif dari Joko Widodo, sebagai partai yang berkuasa, PDIP saat ini selamat dari goncangan-goncangan yang biasa dialami oleh partai lain yang tidak berkuasa. Ia bisa selamat dari goncangan karena 'ada perlakukan khusus' dari penguasa, seperti perlindungan dari berbagai intrik, tuduhan, fakta, dan ancaman-ancaman pihak lain. Perlakuan khusus inilah yang membuat PDIP stabil dan terus eksis dalam membangun komunikasi dengan masyarakat dan pendukungnya.

Kedua, melejitnya PDIP dalam survei tersebut juga tidak terlepas dari hiruk pikuk masalah internal di Partai Golkar. Sebagai partai yang besar, rival PDIP di era reformasi, Golkar beberapa tahun ini terus digerus masalah soal kepemimpinan dan masalah lainnya, seperti korupsi. Masalah inilah yang membuat Golkar sibuk dengan masalah internal sehingga dirinya tidak fokus atau kurang maksimal dalam menjaga dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat, pendukung, dan pemilihnya.

Sangat disayangkan, konflik internal terus 'dikembangkan' oleh elit yang ada di dalam maupun oleh orang-orang yang berada di luar partai. Akibat yang demikian maka konflik yang terjadi menahun. Kondisi yang demikian tentu membuat citra partai menjadi buruk dan jatuh di mata masyarakat. Masyarakat pasti akan bertanya bagaimana memilih Golkar bila kondisinya selama ini seperti itu, berkonflik antarpengurus atau ketua umumnya melakukan korupsi. Kondisi demikianlah yang membuat masyarakat memilih partai lain bila Pemilu dilakukan hari ini. Migrasi besar-besaran masyarakat ke partai lain inilah yang membuat pemilih Golkar menurun drastis sehingga jarak antara PDIP dan Golkar yang biasanya selisihnya tipis menjadi melebar.

Ketiga, menyambung dari paparan di atas, konflik internal di PPP yang membuat partai berlambang Ka'bah itu hingga mengalami dualisme kepengurusan, juga bisa menjadi  faktor pendorong PDIP berlari kencang menuju posisi teratas. Pemilih PPP bisa jadi jenuh dengan ulah elit-elit yang ada. Bahkan saat Pilkada Jakarta 2017, partai ini 'mengingkari' pilihan ummat Islam. PPP dalam Pilkada ini, baik kepengurusan Rommy maupun Djan Faridz sama-sama mendukung Ahok. Jenuhnya pemilih dan pendukung PPP pada elit partai itu memang tidak membuat pendukung PPP beralih ke PDIP. Ia bisa memilih partai Islam yang lain atau partai baru atau apatis. Konflik yang ada di PPP tidak membuat PDIP menjadi besar namun menjadikan PPP mengecil. Bila PPP semakin mengecil maka hal demikian akan membuat partai yang lain membesar termasuk PDIP.

Dari paparan di atas, tingginya persentase keterpilihan PDIP terjadi karena citra positif dari Joko Widodo namun juga bisa disebabkan konflik internal yang ada di partai lain. Menjadi pertanyaan, konflik internal itu murni dari dalam atau dibuat oleh penguasa seperti pada masa Orde Baru?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun