Mohon tunggu...
Ardiazani RusnaTriama
Ardiazani RusnaTriama Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

✨

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengenal Traumatik pada "What's Wrong With Secretary Kim"

7 Mei 2019   19:52 Diperbarui: 7 Mei 2019   20:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah dari kalian yang pernah mengalami trauma sehingga hal tersebut menjadi kejadian yang cukup menyayat jiwa dan raga bahkan menyisakan bekas mendalam yang cukup pahit saat mengingatnya kembali? Baik itu trauma fisik bisa seperti terkena benda runcing, tertusuk jarum, teriris pisau, penganiayaan, dan cedera tangan kaki. Tidak hanya trauma fisik, terdapat jenis trauma yang lain yaitu trauma psikologis yaitu keadaan dimana adanya cedera psikologis karena menghadapi peristiwa yang dapat mengancam hidupnya. 

konseltrauma-5cd184567d1b907f66186da2.png
konseltrauma-5cd184567d1b907f66186da2.png
Seperti pada Drama Korea yang cukup populer pada Juni 2018 yaitu What's Wrong With Secretary Kim, yang sudah pada nonton pasti tau alur kisah ini, saya menitikberatkan pada trauma yang dialami oleh 2 pemeran utama pada drama ini. Yaitu Lee Young Joon seorang direktur perusahaan yang terkesan egois, karena mementingkan dirinya sendiri, tetapi memiliki sifat yang cukup manis terhadap Kim Mi So, yaitu sekretaris dari Lee Young Joon yang memiliki karakter sabar, cakap dan cekatan dalam melakukan seluruh pekerjaannya. Dua orang pemeran utama ini, Young Joon dan Mi So, adalah 2 orang yang dulunya pada masa kecil yang merupakan korban dari aksi penculikan oleh pelaku, tempat, dan waktu yang sama sehingga mengalami trauma berat sampai pada usia cukup dewasa, mereka masih terngiang-ngiang bahkan jika teringat kembali, pingsan, lemas, pusing, stres, depresi, itulah yang mereka rasakan.

ktraumadi-5cd184867d1b90387e31bc82.png
ktraumadi-5cd184867d1b90387e31bc82.png
Karena kejadian tersebut Kim Mi So memiliki trauma phobia dengan laba-laba dan Lee Young Joon phobia akan pengikat kabel. Betapa mengerikannya bukan? Mi So Phobia dengan laba-laba karena dia melihat pelaku bunuh diri dengan cara gantung diri lalu Young Joon mengatakannya bahwa itu hanya laba-laba. Sedangkan Lee Young Joon sendiri phobia dengan pengikat kabel karena dulunya kakinya diikat oleh pengikat kabel. Bukan hal yang asing lagi jika menemui korban yang mengalami trauma akan merasa cemas, badannya gemetar, pucat, bahkan gejala penderitaan yang lebih berat lagi. Trauma yang paling berbahaya adalah jika seseorang yang mengalami trauma sehingga dapat mengancam nyawa dirinya sendiri atau bahkan nyawa orang lain. Jika dirasa hal itu bisa mengancam nyawa seseorang maka perlu ada campur tangan dari pihak yang dapat menangani maslaah tersebut, yaitu seorang konselor. Nah di dalam Konseling, terdapat sebuah konseling yang khusus menangani masalah-masalah terkait trauma. Yaitu konseling traumatik.

Konseling traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang mengalami trauma agar dapat memahami diri sehubung dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha mengatasi sebaik mungkin melalui proses hubungan pribadi (Ahmad Juntika: 2007). Konseling traumatik juga dapat diartikan sebagai konseling yang diadakan dalam rangkan membantu konseli agar dapat keluar dari peristiwa traumatik yang pernah dialaminya. Lalu bagaimana mengatasinya? Menurut Dr. Andri, seorang dokter spesialis jiwa, mengatakan bahwa seseorang yang selalu mengingat kejadian-kejadian yang membuatnya trauma dikaitkan dengan suatu sistem di otak yang dinamakan Amygdala.

Amygdala adalah suatu pusat memori, layaknya sebuah hardisk di komputer, ia menyimpan segala memori terkait kehidupan manusia. Dan tentunya memori terdapat kenangan yang baik maupun yang buruk yang bisa datang di kehidupan kita. Nah, Amygdala ini menyimpan semuanya. Tetapi, ia cenderung menyimpan memori terutama yang dirasakan cukup bermakna. Jadi kita sebagai manusia, ketika mengalami suatu peristiwa maka kebermaknaan tersebut akan lebih mudah diserap oleh Amygdala daripada yang tidak bermakna. Sayangnya, di dalam kehidupan kita, gangguan kecemasan adalah suatu kondisi yang diakibatkan oleh hyperaktivitas Amygdala sendiri. Sehingga ketika kita mengalami kecemasan akibat dari suatu proses peristiwa tertentu yang mengingatkan kita pada suatu kondisi traumatik, dimana kita mengalami serangan panik, depresi, atau berada pada tempat dimana kita mencoba mengatasi keadaan tersebut, maka traumatik akan datang kembali karena ingatan kita akan memproses kondisi itu. Kecemasan akan datang, dan kemudian kita akan mengalami gejala-gejala kecemasan disertai ingatan-ingatan akan trauma masalalu.

Lalu bagaimana solusinya? Sebenarnya, ingatan tentunya tidak akan bisa hilang, tetapi kebermaknaannya, persepsi kita terhadap kondisi tersebut bisa kita modifikasi. Artinya, kalau terlalu tinggi/besar bisa kita rendahkan/turunkan. Atau ketika seseorang mengalami peristiwa yang bermakna terhadap kehidupannya, maka saat ini kita dengan segala upaya salah satu caranya yaitu yang pertama menerima, mengikhlaskan segala sesuatu dengan apa adanya, kita bisa mengurangi persepsi negatif/kurang baik dari peristiwa tersebut. Lalu yang kedua yaitu dengan menambah hal-hal yang positif pada diri kita. Bagaimanapun, kita tentunya dalam kehidupan perlu menginput hal yang positif pada otak kita, dalam pikiran kita. Hal itu terkait dengan trauma masa lalu yang tersimpan dalam Amygdala, kalau kita mempunyai kenangan yang lebih baik, kenangan yang dapat memberikan makna positif pada diri kita maka hal positif akan lebih muncul pada alam sadar kita. Itu adalah tips yang dapat dilakukan mengatasi trauma masa lalu. Namun hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan oleh semua orang. Maka dari itu kita harus berupaya memberikan input-input yang positif pada pikiran kita, agar kita bisa menjadi yang lebih baik lagi. Latihan adalah kunci utama agar berhasil berpikiran yang positif; membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan ayat Al-Qur'an, bergaul dengan orang-orang positif, supaya kita mendapatkan suatu hal yang manfaat bagi diri kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun