Mohon tunggu...
Otomotif Pilihan

Inilah Pendapat Pendiri Koalisi Pejalan Kaki Mengenai Orang Indonesia Malas Berjalan Kaki

9 Maret 2019   18:07 Diperbarui: 13 Maret 2019   21:37 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi trotoar di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Buaran, Jakarta Timur, Selasa (26/2/2019).

Hasil riset para peneliti dari Stanford University yang dilakukan pada tahun 2017 mengatakan bahwa Bangsa Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang paling malas berjalan kaki. Salah satu Pendiri Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus mengungkap dua faktor mengapa orang Indonesia malas berjalan kaki.

Ada beberapa faktor penyebab orang Indonesia malas berjalan kaki. Menurut Alfred, yang pertama terkait dengan Infrastruktur untuk para pedestrian. Dia berpendapat, bahwa saat ini pejalan kaki tidak diberi infrastruktur pilihan.

"Ketika infrastruktur pilihan itu tidak dikasih, seperti sekarang. Orang enggak mau naik angkutan umum kenapa? Ya enggak dikasih pilihan. Yang dikasih pilihannya apa? Kredit murah (kredit motor atau mobil, Red) bahkan enggak pakai jaminan juga boleh enggak pakai DP (uang muka, Red) juga boleh," ucap Alfred, di Sekretariat Koalisi Pejalan Kaki, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2019).

Lanjut dia mengatakan, jika para pejalan kaki diberi alternatif pilihan misalnya angkutan umum dengan tarif yang cukup terjangkau serta akses untuk pejalan kaki yang terintegrasi dengan angkutan umumnya, maka orang akan terpicu untuk menggunakan transportasi publik.

Pendiri Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus di Sekretariatnya, Gedung Sarinah, Lantai 12, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2019).
Pendiri Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus di Sekretariatnya, Gedung Sarinah, Lantai 12, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2019).
"Yang penting dikasih pilihannya. Kalau enggak dikasih pilihan, ya daripada susah cari yang pragmatis aja kayak kredit motor, kredit mobil dan lain-lain," kata pria kelahiran 21 November 1979 itu.

Kemudian yang kedua, penegakan hukum yang kurang tegas. Menurut Alfred, penegakan hukum belum diberlakukan secara tegas. Dia berpendapat bahwa orang yang melanggar pun tidak dikenakan sanksi apa-apa.

"Yang kedua, karena saya melanggar sekalipun enggak bakal ditindak. Paling kalau kena, apes namanya. Jadi penegakan hukum itu penting. Jadi sebenarnya dua faktor ini  yang menjadi faktor utama," ungkapnya.

Senada dengan apa yang dikatakan Alfred, Uus Rusdiana yang sebelumnya naik angkutan umum dari Bekasi menuju kampusnya yang berada di Pondok Labu, Jakarta Selatan kini telah beralih menggunakan sepeda motor.

Menurut dia, menggunakan kendaraan pribadi menjadi solusi atas segala permasalahan yang mendera dunia transportasi publik di Jakarta. "Lebih hemat, lebih efisien, karena angkutan umum di Indonesia belum bekerja secara optimal," ucapnya ketika dihubungi via aplikasi Line, Sabtu (9/3/2019).

Terkait fasilitas pejalan kaki, Uus menceritakan pengalamannya ketika masih "menjadi" pejalan kaki, bahwa masih ada beberapa titik di Jakarta yang trotoarnya tidak memenuhi standar dan masih ditemukan adanya pelanggaran terhadap fasilitas pejalan kaki tersebut.

Pengendara sepeda motor naik ke trotoar di Buaran, Jakarta Timur, (5/3/2019).
Pengendara sepeda motor naik ke trotoar di Buaran, Jakarta Timur, (5/3/2019).
"Yup, pelanggarannya tidak jauh dari perenggutan hak pedestrian. Pengendara motor merangsek trotoar sudah bukan pemandangan yang asing lagi,' kata pria kelahiran 5 Mei 1997 itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun