Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Wedding Agreement", Haruskah Ada?

8 Mei 2022   16:34 Diperbarui: 8 Mei 2022   16:37 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak jarang kita melihat pernikahan karena perjodohan. Bisa jadi karena keinginan orangtuanya demi mempererat hubungan pertemanan atau persaudaraan. Ada juga yang berdasar keinginan sendiri. Misalnya dengan mengunjungi biro jodoh atau meminta bantuan kepada teman baiknya. 

Perkenalan hanya sebatas biodata, jika cocok maka berlanjut pada pertemuan pertama, untuk melihat tampilan masing-masing. Jika kedua belah pihak setuju, maka aqad nikah-pun akan di tentukan waktunya.  

Kini mengenalnya bukan hanya saat ia berpenampilan rapi dan menarik saja. Melihatnya bukan hanya saat-saat tertentu saja. Tapi Anda akan tahu dia sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Bukan sehari dua hari, tapi seterusnya. Karakter masing-masing pun mulai terlihat.

Menikah itu menyatukan dua karakter yang berbeda. Yang mana karakter keduanya sudah terpola oleh keluarga yang berbeda juga. Pola itu telah terbentuk selama kurang lebih dua puluh tahun. Dan harus berubah dalam waktu singkat untuk mensejajarkannya dengan pola sang pasangan.

Perbedaan inilah yang acap membuat perbedaan persepsi. Anda inginnya begini, sementara dia inginnya begitu. Menyesuaikan pola hidup antara satu dengan lainnya tentu tidak mudah. Harus ada yang mengalah. Mungkin ini pilihan solusinya.

Hal-hal kecil yang dianggap biasa bagi Anda, mungkin tidak begitu dia menganggapnya. Lantas bagaimana baiknya mengutarakan ketidakcocokan pada pasangan? Cara paling gampang, ya ceplosin saja apa yang tidak sesuai itu. Tapi menjaga perasaan juga penting. Bagaimana jika dia tersinggung? Disinilah sebuah kesepatakan itu dibutuhkan. Istilah asing menyebutnya "Wedding Agreement"

Kesepatakan itu menyangkut apa yang Anda mau dan apa yang Anda tidak sukai. Begitu juga dengan pasangan Anda. Maka Anda dapat menjabarkan poin-poin yang akan disepakati, dari yang paling sederhana. Jika beberapa poin tidak cocok dengan pasangan Anda, itulah yang harus didiskusikan untuk mengambil jalan tengahnya.  

Lalu, haruskah kesepakatan itu dibuat diatas kertas? Jika kesepakatan itu dapat ditepati hanya dengan obrolan saja, kenapa harus membuatnya diatas kertas?

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun