Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Berperan Edukasi Anak Menjadi Generasi Anti Hoax

21 Maret 2019   07:04 Diperbarui: 21 Maret 2019   07:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Hoax - SuaraDewata.com

Di tahun politik ini, peredaran berita bohong alias hoax di dunia maya memang sudah tidak bisa dibendung. Hampir setiap hari mungkin selalu saja ada kebohongan baru yang sengaja dimunculkan, untuk menjatuhkan elektabilitas pihak-pihak yang ikut bertarung dalam kontestasi politik. Penyebaran berita bohong ini seringkali juga dibarengi dengan hate speech atau ujaran kebencian. 

Hal ini tentu bisa berdampak pada membangkitkan amarah dan menghilangkan logika masyarakat yang terprovokasi. Masyarakat yang terprovokasi akan melihat sebuah peristiwa dengan kaca mata kuda, merasa dirinya paling benar dan menilai pihak yang berseberangan sebagai pihak yang salah. Ketika hal ini terjadi, maka potensi konflik akan didepan mata jika provokasi demi provokasi terus dimunculkan.

Berawal dari hoax di media sosial dampaknya bisa mengerikan. Untuk itulah peyarlu komitmen yang serius dari semua pihak, untuk meminimalisir penyebaran hoax ini. Pencegahan hoax bisa dilakukan dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. 

Dan salah satu pihak yang mempunyai peran penting adalah keberadaan seorang ibu. Seorang ibu yang baik tentu akan memberikan pemahaman yang benar ke anak-anaknya. Seorang ibu yang baik pasti akan memberikan pendidikan karakter yang benar, agar anak bisa tumbuh menjadi anak yang toleran, saling menghargai dan menghormati.

Jika kita melihat saat ini, ada ibu yang melakukan fungsinya sebagai orang tua yang benar, tapi ada juga yang tidak menjalankannya. Terbukti ada juga anak-anak yang aktif di dunia maya, tapi justru menebarkan kebencian dan kebohongan. 

Kenapa bisa terjadi begini? Bisa jadi karena dia tidak mendapatkan perhatian dari orang tua, sampai akhirnya mencari perhatian dengan cara yang salah. Bisa jadi pula karena dia sudah terpapar dan terprovokasi bibit intoleransi dan radikalisme, sampai akhirnya menjadi pribadi yang mudah marah dan gemar menyalahkan orang lain.

Jika seorang ibu bisa menjalankan fungsinya dengan baik, tentu perkembangan anak tidak akan mengarah pada hal yang merugikan. Karena itulah, seorang ibu harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. 

Jangan ajarkan anak-anak untuk memelihara kebencian dan kebohongan. Beberapa waktu lalu sempat jadi viral, seorang ibu yang menebar provokasi dan kebohongan ke masyarakat dengan cara menjelekkan paslon tertentu. Bayangkan jika ibu ini menanamkan hal yang sama ke anak-anaknya. Tentu generasi yang lahir adalah generasi yang gemar menebar hoax dan kebencian.

Yuk kita ajarkan kepada anak-anak dan semua orang di keluarga kita, untuk membekali diri dengan literasi yang kuat. Tanamkan kepada anak-anak kita untuk melakukan cek ricek terhadap setiap informasi yang didapatkan. 

Selain itu, tanamkan pula ke anak-anak kita agar tidak mudah melakukan share sebelum melakukan saring informasi. Karena kebanyakan di era sekarang ini, seseorang begitu mudah menyebarkan informasi, tanpa harus melihat apakah informasi tersebut benar atau tidak. Jika semua ibu bisa menanamkan literasi ke anak-anaknya, maka generasi yang lahir adalah generasi yang anti hoax dan anti hate speech. Salam damai kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun