Generasi Milenial dan Nasionalisme Dunia Maya

Perkembangan dunia maya yang begitu pesat, telah mempengaruhi gaya hidup seseorang. Tidak hanya sebagai media interaksi, media online juga berkembang menjadi media penyebar informasi. Bahkan aktifitas jual beli pun juga marak melalui dunia maya. 

Tak heran jika hampir semua aktifitas bisa kita temukan di dunia maya. Didalamnya, juga terdapat media sosial yang saat ini begitu digandrungi oleh generasi milenial. 

Bahkan, anak hingga orang tua pun juga ikut-ikutan bermedia sosial. Berbagai kelebihan yang ditawarkan di media sosial inilah, yang membuat berbagai aktifitas dunia nyata lari ke dunia maya.

Persoalannya, aktifitas di media sosial ada yang bersifat positif dan negative. Semuanya berkumpul menjadi satu. Jika masyarakat menelan mentah-mentah informasi yang berbedar, dikhawatirkan tidak bisa melihatnya secara utuh atau tidak bisa melihat konteksnya. Dan hal itu banyak terjadi saat ini. Provokasi kelompok intoleran dan radikal, terbukti telah mampu membuat sebagian dari masyarakat kita terpengaruh. 

Banyak orang melakukan tindakan intoleran, tindakan persekusi, hingga tindakan tidak terpuji lainnya, tapi dibumbui dengan nilai-nilai agama. Padahal, tidak ada satupun agama yang ada di Indonesia ini mengajarkan perbuatan yang tidak terpuji.

Informasi yang menyesatkan di media sosial semacam inilah, yang harus segera disudahi. Stop ujaran kebencian, stop saling caci maki antar sesama. Semangat kerukunan dan menjunjung toleransi, harus terus disuarakan di media sosial. 

Jangan sajikan konten yang bisa berpotensi menganggu kerukunan yang telah terjaga. Ingat, Indonesia adalah negara yang sangat menghargai keberagaman. Indonesia juga negara yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.

Sebagai generasi milenial, harus aktif memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Diskusi dan pembicaraan mengenai nilai-nilai kearifan lokal dan wawasan kebangsaan, harus terus digulirkan. 

Mengawal dunia maya dari pengaruh pesan-pesan negative, harus terus dilakukan oleh semua generasi di era milenial ini. Memasuki tahun politik seperti sekarang ini, media sosial seringkali digunakan sebagai media untuk menebar kebencian pasangan calon. 

Media sosial juga digunakan sebagai media untuk menurunkan elektabilitas pasangan calon. Jika hal ini dibiarkan, tentu kita semua yang akan menanggung akibatnya.

Untuk itulah, untuk mewujudkan nasionalisme dunia maya, generasi milenial harus mau dan mampu melakukan literasi media. Ingat berbagai kajian tentang peningkatan pesan intoleransi di dunia maya, harus menjadi perhatian kita semua.