Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memanusiakan Manusia Harus Terus Dilestarikan

7 Oktober 2017   05:56 Diperbarui: 7 Oktober 2017   06:16 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanusiakan Manusia - www.dutadamai.id

Banyak sekali nilai-nilai luhur Indonesia yang patut kita lestarikan. Salah satunya adalah memanusiakan manusia. Mungkin diantara kita bertanya, apa maksud dari memanusiakan manusia. Pancasila sila kedua menegaskan 'Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.' Sila ini menegaskan bahwa setiap manusia harus mendapatkan perlakukan yang sama, seperti manusia manusia pada umumnya. Manusia dianugerahi akal dan pikiran oleh Allah SWT. Karena akal dan pikiran itulah, membuat perilaku manusia tidak seperti binatang. Manusia mempunyai rasa kasihan, rasa sedih, rasa saling menghormati, rasa ingin menolong, hingga rasa saling membutuhkan. Karena itu pula, sebagai makhluk sosial, manusia ditakdirkan untuk tidak bisa hidup sendiri.

Adakah manusia di bumi ini yang ingin diberlakukan sebagai binatang? Adakah manusia di bumi ini yang tidak ingin diberlakukan sebagai manusia? Tentu tidak ada yang ingin diberlakukan sebagai binatang, atau tidak ada juga yang tidak ingin diberlakukan sebagai manusia. Lalu, sudahkah kita memperlakukan manusia lain seperti manusia? Mari kita saling introspeksi diri. Sudahkah kita berbicara santun dengan kerabat atau teman kita? Sudahkah kita ramah terhadap tetangga kita? Atau jangan-jangan selama ini kita justru sering bertengkar dan saling membenci dengan sekitar kita?

Jika kita masih belum memperlakukan manusia seperti manusia pada umumnya, lebih baik kita segera introspeksi. Jangan sampai memelihara bibit kebencian, yang bisa memecah belah keberagaman Indonesia. Mungkin diantara kita merasa diberlakukan secara tidak adil. Misalnya, beberapa waktu lalu kita mendengar dugaan ulama dikriminalisasi. Pertanyaannya, sudahkah kita berbuat adil terhadap orang lain. Faktanya, banyak pihak yang mengatasnamakan agama, tapi perilakunya justru memicu terjadinya ketidakadilan.

Belakangan diangara manusia justru saling membenci. Dunia maya penuh dengan ujaran kebencian. sementara di dunia nyata, mulai sering diisi dengan aksi persekusi, aksi main hakim sendiri, bahkan aksi bom bunuh diri. Ingat, manusia itu dianugerahi akal dan pikiran. Semestinya manusia bisa bersikap baik pula kepada sesama. Jika tetap mengedepankan amarah, yang muncul adalah sikap saling membenci. Jika sudah demikikan, apa bedanya dengan binatang yang terus mengedepankan nafsunya. Karena manusia semestinya saling membantu, bukan menjadikan orang lain sebagai pembantu yang seenaknya disuruh. Manusia seharusnya bisa saling mengaisihi, bukan saling membenci.

Sebagai manusia yang beradab, tentu perilakunya juga harus beradab. Dalam kehidupan bersosial masyarakat, manusia harus mampu memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Ingat, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang penuh dengan warna. Jangan sampai warna-warni ini menjadi hilang, hanya karena pengaruh kebencian yang tak terkendali. Mari kita hilangkan bibit jelek dalam diri. Saatnya mengganti dengan bibit kebaikan, yang bisa menciptakan kedamaian di muka bumi ini.

Dengan bisa memanusiakan manusia, maka persatuan dan kesatuan bisa terwujud. Dengan memanusiakan manusia, segala perbedaan dihadapi dengan kepala dingin. Setiap persoalan dihadapi dengan musyawarah untuk mendapatkan solusi. Dan dengan memanusiakan manusia, maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa diwujudkan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun