Mohon tunggu...
Adeng Septi Irawan
Adeng Septi Irawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis adalah seorang pemerhati dunia junalistik, komunikasi, hukum, birokrasi, dan sastra. bisa dihubungi di email irawan_34@yahoo.com

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terlewat Batas Pergaulan

27 Januari 2020   09:26 Diperbarui: 27 April 2020   12:34 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah bukan hal baru lagi melihat dua pasang remaja lain jenis yang belum punya ikatan resmi berboncengan bersama di pinggir jalan. Tidak desa ataupun kota itu sama saja keduanya mulai mengalami perkembangan mode kemajuan meniru west culture (budaya barat). Bagi mereka tidak pacaran itu ketingglan zaman, dengan gaya mereka yang sok-sokan seringkali mereka tak menggubris orang-orang yang mencoba untuk menasihati mereka tentang bahayanya berpacaran.

Memang ada sebagian orang tua yang membiarkan begitu saja anaknya berpacaran. Karena sebagian orang tua tahu bahwa pacaran itu tidak menimbulkan bahaya yang serius. Mereka merasa bahwa dulu pernah merasakan berpacaran. Jadi tak ada salahnya jika anak mereka meniru budayanya dulu. Tetapi pacaran pada zaman dulu dan sekarang itu sungguh berbeda. 

Dulu berpacaran itu cukup dengan bertemu kemudian bicara sekedarnya. Ini sungguh berbeda dengan masa kini, dimana berbicara dan bertemu antar lawan jenis sudah basi. Pacaran tanpa berpelukan, bercumbu rayu itu tidak jaman. Zaman sekarang anak muda lebih bebas untuk memenuhi keinginannya. Apalagi ditunjang dengan teknologi yang semakin canggih, menjadikan mereka seakan-akan terhipnotis oleh glamour kehidupan.

Era ini adalah era global, dimana segala sesuatu bisa didapat dengan mudah saja melalui bantuan teknologi. Mulai dari kebutuhan kecil samapi yang terbesar bisa dengan mudah diperoleh. Kemajuan zaman ini tidak hanya dirsakan oleh orang dewasa saja. Bahkan, anak kecil pun sudah terbiasa merasakan kecanggihan teknologi. Bayangkan saja mau makan nasi kita tinggal pakai magic com, mau komunikasi dengan teman di luar daerah tinggal memakai handphone saja, mau kirim uang yang dulu ditempuh dalam waktu berminggu-minggu, sekarang hanya dalam hitungan menit saja melalui ATM banking.

Pada mulanya kemajuan teknologi itu difungsikan untuk kemaslahatan umat manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukan untuk menciptakan manusia yang hedonis, yang senantiasa menikmati hasrat dan keinginan manusia tanpa memikirkan  kebutuhan primer. Begitu pula dengan remaja saat ini kebanyakan dari mereka adalah manusia yang hedonis (manusia yang senantisa memenuhi segala hasrat dan keinginannya sebebas mungkin.

Teknologi informasi dan komunikasi telah merambah ke semua kalangan masyarakat. Contohnya saja handphone, perangkat mungil yang digunakan untuk berkomunikasi satu ini telah dikenal tidak hanya di kalangan orang dewasa saja, bahkan anak yang masih belum sekolah sudah mengenal benda dengan istilah HP ini. Handphone dengan teknologi yang semakin canggih telah mampu mengirim grafis dari beberapa HP secara cepat melalui jaringan nirkabel. Bahkan yang lebih parah grafis yang belum saatnya ditonton oleh anak yang belum waktunya pun dapat dengan mudah dikirim antar handphone.

Dunia semakin kritis ketika generasi muda telah rusak akibat tontonan yang belum layak ditonton telah ditonton duluan. Sehingga tak jarang generasi muda kita melakukan tindakan yang kelewat batas melanggar moral. Dimana-mana terdengar kabar menggemparkan tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan anak di bawah umur. Sungguh miris hati ini menyaksikan generasi muda yang telah hancur akibat dari kesalahan dalam penerapan teknologi. Teknologi yang sejatinya untuk kemajuan malah menjadi sebuah objek utama untuk menghancurkan generasi muda.

Dalam islam telah dijelaskan, " anganlah kamu mendekati zina". Maksud dari larangan allah di atas yaitu, janganlah seorang manusia mendekati perbuatan zina, meskipun tidak melakukan zina. Karena dikhawatirkan akan terbujuk tipudaya setan untuk melakukan perbuatan keji ini. Sudah jelaslah kiranya larangan Allah SWT kepada hambanya untuk menjauhi perbuatan zina agar tidak terjebak di dalamnya. Pacaran dalam islam sangatlah dilarang, karena perbuatan ini adalah perbuatan yang memungkinkan terjadinya perbuatan zina laknatullah. Lantas herannya kenapa generasi muda kita senantiasa tetap melakukan pacaran, sebuah budaya yang bukan islami yang berasal dari west culture.

Entah bagaimana cara datangnya budaya pacaran ke tanah air, sehingga mampu menarik animo remaja negeri ini. Yang pasti ini harus segera ditanggulangi agar generasi muda penerus negeri ini tidak jatuh terlalu dalam ke dalam jurang kenistaan. Untuk mengantisipasi hal seperti ini memang tidak mudah. Dibutuhkan kinerja yang efektif dan efisisen agar tidak menimbulkan gejolak sosial dari dalam remaja itu sendiri. Dimana rentan sekali mereka menerima budaya dari luar yang belum tentu benarnya. Karena pada dasarnya masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Jadi arahkanlah remaja negeri ini kearah idealis yang bernafaskan islami dan NKRI.

Banyak cara preventif dalam meminimalis budaya pacaran yang semakin merajalela saat ini. Berikut beberapa langkah efektif pencegahan pacaran bagi generasi muda. Pertama, Bentengi diri dengan landasan agama yang kuat pada generasi muda saat ini. Pengembangan ilmu agama generasi muda dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari memasukkannya ke pondok pesantren atau tempat pendidikan agama lainnya yang mampu memberikan pendidikan agama yang komprehensif, mengikutsertakan dalam setiap kajian ataupun ceramah yang dilakukan di lingkungannya untuk menambah wawasan keilmuannya tentang agama.

Kedua, memberikan sosialisasi pada generasi muda tentang bahaya dari pacaran yang mampu menimbulkan dampak yang serius. Sosialisasi ini bisa dilakukan di sekolah-sekolah ataupun tempat-tempat hiburan yang senantiasa dikunjungi oleh para remaja. Dengan jalan sosialisasi yang tepat sasaran bisa dipastikan akan mampu mengurangi intensitas pacaran yang dilakukan para generasi muda kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun