Mohon tunggu...
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

A.Rahman Al Hakim, nama pena ARAska ARASKata ARASKA Banjar. Profesi Jurnalis di Kalsel, Pelaku seni, Aktivis Lingkungan dan Aktivis Seni Budaya Sosial Pendidikan, serta menjadi Terapis di Lanting Banjar Terapi. Domisili di Banjarmasin, Kalsel. Facebook araska araskata. Email araska.banjar@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

6,5 Milyar Rupiah Bantuan Internet Gratis Pemprov Kalsel, Awasi Agar Tepat Sasaran!

22 September 2020   12:17 Diperbarui: 22 September 2020   12:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: ARAska Banjar

Covid-19 tidak hanya menyerang kesehatan, menyerang kehidupan, sosial, ekonomi, dll. Termasuk menyerang usaha untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, yang terhalang dengan tidak bisa menyelenggarakan pendidikan di sekolah seperti biasa. Kita ingin, dalam suasana Covid-19 ini, bisa tetap melaksanakan pembelajaran, walaupun tidak berkumpul dalam ruangan dan berjalan sebagaimana biasa.

Kalimat tersebut di atas, disampaikan oleh Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Sahbirin Noor dalam sambutanya, seusai menyerahkan secara simbolis bantuan internet gratis bagi siswa SMA dan SMK yang terdampak Covid-19 se-Kalsel. Penyerahan dilaksanakan pada Senin siang, 21 September 2020, bertempat di Gedung KH, Idham Chalid Banjarbaru.

Seperti yang disaampaikan Gubernur Kalsel yang akrab di sapa dengan Paman Birin ini, bagi dunia pendidikan, Covid-19 memang tidak hanya membunuh melalui penularannya, tapi juga menyerang psikologis orang tua dan pelajar yang terdampak.

Tidak sedikit orang tua yang secara ekonomi tidak mampu, mengalami depresi karena hidup yang sulit di masa pandemi. Untuk membeli makanan sehari-hari saja sudah susah, ditambah lagi untuk membeli kuota internet sang anak, demi mendukung pembelajaran dengan sistem daring. Apalagi biaya pulsa untuk belajar ini sangat besar, karena kegiatan belajar-mengajar tersebut, kebanyakan menggunakan video yang kuota pemakaiannya sangat besar.

Di sisi lain, peran orang tua juga bertambah, karena sekarang mereka harus mengawasi dan  memastikan putra-putrinya, mengikuti pelajaran secara daring dari gurunya. Sangat mungkin kurangnya kontrol dari orang tua, anak-anak mereka malah tidak mengikuti pelajaran dari gurunya secara daring, tapi mungkin mereka lebih memilih bermain game atau menonton video di aplikasi youtube berjam-jam setiap harinya. Maka, di sinilah pentingnya peran orang tua.

Sementara bagi pelajar yang kemudian tidak bisa sepenuhnya mengikuti pelajaran secara daring, karena ketiadaan pulsa, tentu lebih berdampak secara psikologis dan bisa mengalami depresi. Seperti kasus yang tengah viral melalui pemberitaan dan media sosial, terjadi di negara tetangga kita, India.

Dikutip dari Kompas.com, pada 06 Juni 2020, seorang siswi miskin di India, ditemukan meninggal dunia setelah diketahui bunuh diri. Remaja perempuan itu diduga meminum racun, karena ditemukan botol kosong bekas cairan di dekatnya.

Kejadian ini terjadi di Valencherry, sebuah kota kecil yang berada di negara bagian Kerala, India. Kuat dugaan, siswi tersebut melakukan aksi bunuh diri akibat takut ketinggalan kelas, selama masa lockdown yang diterapkan di India. Sejak keluarnya kebijakan lockdown, sekolah juga ikut ditutup dan dialihkan pada kelas online atau daring.

Remaja perempuan ini takut ketinggalan kelas yang diselenggarakan secara online, lantaran keluarganya tak mempunyai cukup uang untuk membeli kuota internet. Sementara ayahnya juga diketahui sudah tak bekerja, karena dalam kondisi sakit. Ia menjelaskan bahwa putrinya sempat mengalami depresi, karena tak bisa ikut kelas online.

Diberitakan India Today, terdapat catatan yang ditinggalkan Devika ketika mereka menggelar investigasi. "Saya pergi," begitu ucapan terakhir dari dia.

Kasus itu memantik gelombang protes di Kerala, karena menjadi bukti nyata ketimpangan di India buntut adanya pandemi virus corona. Siswa miskin yang tinggal di pedesaan mengalami kesulitan selama wabah ini, kata Abhijith, Ketua Serikat Siswa Negara Bagian Kerala. "Tindakan yang dilakukan pemerintah membuat para murid miskin ini berada dalam kondisi depresi dan stres karena tak bisa ikut kelas online," paparnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun