Mohon tunggu...
Arsad Rahim Ali
Arsad Rahim Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Epidemiolog, Nutritionist, Perencana Pembangunan Daerah dan Citizen Journalist Blog

Bekerja ditingkat Kabupaten

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadilah Seorang Sufi

8 Januari 2023   14:07 Diperbarui: 20 Februari 2023   10:36 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pribadi Arsad Rahim Ali Bin Rahim Ali Bin Muhammad Ali Bin Abdul Rahim Al Butuni

Ditulis Jadilah seorang Sufi di mana saja engkau berada, di rumah, di kantor, di jalan, di mana saja. Ditulis dengan tujuan mengingatkan mati (meninggal dunia) pada diri, bahwa usia telah memasuki lima puluh tahun. Sudah waktunya berjuang dengan sungguh-sungguh untuk kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

Sering melihat orang meninggal dunia. Tubuh tak bernyawa, tak bernapas, tak bergerak, tak melihat dan tak mendengar. Setelah dimandikan dan disalati dibawa pergi ke liang lahat, dikuburkan di sana. Selanjutnya apa yang terjadi, ada pertanyaan malaikat. "Di dalam kubur akan ditanyakan siapa Tuhanmu, apa agamamu, dan siapa Nabimu" (HR. Tirmidzi, no.3120).

Menjadi seorang Sufi[i), karena sadar, cepat atau lambat, akan meninggalkan dunia. Harus fokus beragama dengan Islam, ber-Tuhan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yakin dalam hati bahwa, "Dia Allah Ada dan Esa, Dia yang Maha Benar." Mengenal Allah Ta'ala dari firmanNya dalam kitabullah Al-Qur'an, diturunkan melalui Malaikat Jibril Alaihi Salam disampaikan kepada Nabi Muhammad Rasulullahi Shallallahu Alaihi Wassalam. Sebagai hadist dan sunahnya, untuk mempermudah pemahaman apa yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur-an, "Bertawakallah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu" (QS. AL Baqarah, ayat 282).

Imam Al Gazali dalam kitabnya "Al Munqidz min adh Dhalal"[ii] menyatakan tentang jalan seorang sufi, "Sungguh, jalan ini tidak bisa diikuti kecuali dengan ilmu dan amal, membersihkannnya dari akhlak-akhlak tercela serta sifat-sifat jahat. Sedemikian hingga hati menjadi kosong dari selain Allah, kemudian mengisinya dengan zikir".

Oleh Imam Al Ghazali mengisyaratkan bahwa, Nabi Muhammad Rasulullahi Shalallahu Alaihi Wassalam adalah guru langsung  pembimbing sang sufi, tidak bisa dicapai kecuali dengan mengikuti jalannya. Yaitu dengan mengkaji dan mengikuti sunah-sunah Rasul, menghiasi diri dengan akhlak Rasul dan menghadirkan pribadinya yang mulia dalam segala tindakan.

Menjadikan Rasul sebagai guru spiritual, setelah empat puluh tahun, saya belum menemukan guru yang sesungguhnya. Ada guru di pondok pengajian, Guru SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, serta para Ustaz-ustaz penceramah. Mereka hanya hadir pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. Ilmu yang didapat dari mereka, dikembalikan kepada diri sendiri. Kalau sudah demikian guru-guru tersebut sudah tidak ada lagi.

Kembali kepada amanat orang tua, yang telah men-taqlid dan i'tiqad-kan(iii) kepada anaknya tentang keberadaan Tuhan dengan cara duduk bersila di depannya. Mengajarkan dua kalimat syahadat, dihimpun dalam kalimat, "Laa Ilaha Ilallahu, Muhammadar Rasulullah." Tidak perlu ragu dengan pertanyaan, "Di Manakah Tuhan?" Cukup dengan keadaan fitrah Islam dan keyakinan yang diturunkan melalui mata rantai spritual Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Diturunkan kepada orang tua dengan taqlid dan i'tiqad. Mengkekalkan kalimat zikir utama "Laa Ilaha Ila Allahu" dan kemudian fakus zikir dengan ismu Allah, "Katakanlah, Allah, kemudian biarkanlah mereka dalam keadaan mereka bermain-main" (QS. An'am, ayat 91).

Belajar fiqih tasawuf dari kitab, "Siyarus Salikin Ala Ibadati Rabbul Alamin,"yang ditulis oleh tokoh Sufi Nusantara abad ke 18. Syeikh Abdus Samad Al Jawi Al Palembani.  Belajar dengan mengadopsi pola pikir Al Gazali. Yakni menggunakan semua potensi yang ada pada diri, indra, pertimbangan, akal dan hati serta kebijaksanaan sampai tidak ada lagi yang harus dipikir dan dirasa.

Berpikir dengan pola pikir intelektual Al Gazali, bukan berarti seseorang Sufi akan menjadi sekelas Al Gazali, tetapi melihat Imam Al Ghazali sebagai guru adalah penting. Mengantarkan murid sampai ke tujuan menjadi seorang Sufi dan kemudian mengikuti jalan Rasul menghadap kehadirat Ilahi.

Berjuang di sisa akhir kehidupan, bersungguh-sungguh melaksanakan rukun Islam, iman dan ihsan dengan tobat, beribadah dan zikir sebanyak-banyaknya. Semoga pikiran dan hati menjadi tenang serta berakhir dengan kebaikan, "Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu, dengan hati yang puas, lagi diridhai-Nya," (QS. Al Fajri, ayat 27-30).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun