Selamat hari kesehatan mental sedunia!
Tahun lalu, saya ingat menulis dengan tema yang sama namun dengan kondisi mental yang luar biasa berbeda. Saat itu saya masih dalam masa pengobatan dan terapi untuk depresi mayor, gangguan kecemasan, dan ADHD ... sekaligus berjuang menghadapi stigma dari orang-orang sekitar. Pas saya baca lagi, emosional sekali sepertinya. Hehehe ...
(Tulisannya ada di sini)
Hari ini saya menulis lagi. Meski masih berstatus wajib kontrol, tapi saya bisa bilang kalau kondisi saya jauh ... jauuuuuuhhh lebih baik sekarang. Manajemen stress oke, emosi lebih stabil, dan monster dalam tubuh itu ...meski sesekali masih suka bangun, sudah jauh lebih jinak sekarang.Â
***
Tahun lalu, saat saya memutuskan "coming out" tentang kondisi kesehatan mental yang lagi nggak bagus itu ..., saya sama sekali nggak kebayang bakal ada manfaatnya. Saat itu sebenernya cuma saking nggak tahan sama ketakutan dan kecemasan yang sudah terlalu lama dirasakan.Â
Pikiran saya selalu dipenuhi hal-hal buruk, termasuk kekhawatiran kalau orang-orang tahu kondisi saya. Saya takut dicap gila, takut dikata-katain, takut dihakimi, takut disepelekan, takut keadaan ga membaik, takut ditinggalkan, takut nggak dipercaya orang lagi, takut mempermalukan diri sendiri karena nyebarin aib sendiri ...Â
Coming out, adalah bentuk perlawanan saya atas ketakutan yang ada di kepala sendiri. Saking kalutnya.
"Kamu takut sama hal-hal yang cuma dibayangkan, kan? Kenapa ga kepalangan dibikin nyata aja semuanya? Kalaupun benar kejadian kaya gitu, akan jauh berfaedah menghadapi ketakutan yang sebenarnya ketimbang yang cuma ada di kepala. Jadi energi dan kelelahanmu ga terbuang sia-sia."
Dan ya. Setelah saya coming out itu, meski sejumlah ketakutan emang jadi nyata karena ulah orang-orang yang masih menganut paham stigma negatif mental illness, tapi sisi positifnya ada juga lho.
 Nggak sedikit teman yang akhirnya jadi terbuka sama saya tentang kondisi mentalnya yang juga lagi nggak baik. Udah nggak terhitung juga orang-orang yang saya komporin buat ikut periksa karena curhat ngerasain sama dengan yang saya alami. Ada yang iya-iya aja, tapi nggak sedikit juga yang akhirnya berani ambil langkah kaya gini ...