Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mabuk Cinta, Jangan Lalaikan Aturan yang Esa

15 Mei 2022   17:16 Diperbarui: 15 Mei 2022   17:29 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kindpng.com

"Atas nama cinta apapun bisa dilakukan" Benarkah demikian? Cinta dalam konteks apa yang dimaksud? Bila yang dibahas urusan cinta orang tua kepada anak atau sebaliknya, wajar salah satu pihak rela berkorban untuk membahagiakan yang dicintai.

Bila yang dibicarakan adalah cinta hamba kepada Rabbnya, juga sangat wajar pengorbanan dunia diberikan, sebab janji surga menanti (lihat At-taubah ayat 111). Bila yang dibicarakan cinta penduduk pada lingkungan hidupnya, juga lazim pengorbanan dilakukan untuk mempertahankannya dari penjajahan.

Namun bagaimana bila konteksnya cinta yang berkaitan dengan hawa nafsu? Benarkah semua harus dikorbankan? Benarkah harus rela melanggar aturan agama dari zat yang Maha Esa?

Untuk menjawabnya memang banyak sudut pandang. Bagi pengikut sekuler yang mengiyakan paham kebebasan, mungkin beranggapan sah-sah saja melakukan apapun atas nama cinta. Termasuk jika harus larut dalam cinta ala kaum Nabi Luth. Sebab pandangan mereka dilandasi keyakinan hak asasi yang harus dipenuhi.

Apabila dilihat dari sudut pandang medis, mungkin cinta ala l987 termasuk kategori yang harus dihindari. Karena berbagai penyakit kelamin berbahaya berpotensi lebih besar terjadi di lingkungan demikian. Sebutlah golongan HIV, AIDS, kanker anus dan sejenisnya. Benarkah atas nama cinta resiko kesehatan harus ditabrak?

Selanjutnya dari sudut pandang agama, perilaku cinta ala l897 berseberangan dengan fitrah. Sebab fitrah manusia jelas diciptakan dalam jenis kelamin laki-laki dan perempuan, yang sengaja dipasangkan dengan proses halal, dalam rangka agar dapat meneruskan keturunan (Lihat An-nisaa ayat 1).

Alquran sendiri melabeli perbuatan menyerupai kaum Nabi Luth ini sebagai fahisyah (perbuatan atau perkataan yang sangat buruk, keji, dan dibenci), (Lihat surat Al-a'raf ayat 80, An-naml ayat 54, Al-ankabut ayat 28). Kaum demikian disifati melampaui batas (lihat Al-a'raf ayat 81). Dan dilabeli pula dengan khaba'its (Lihat Al-anbiya' ayat 74).

Masih banyak predikat lain  yang intinya menegaskan bahwa perbuatan itu harus dihindari, tidak boleh dilakukan, dan ada sanksi tegas bagi pelakunya. Dan sebagai orang beriman, tentu pandangan agama lah yang diutamakan.

Namun yang aneh, mengapa mereka yang mabuk cinta terlarang ini justru berani melanggar aturan Tuhan? Mungkinkah gambaran jelas mengenai l897 dalam pandangan Islam belum sampai pada mereka? Atau mungkinkah sudah sampai tapi tidak diperhatikan? Mengapa bisa begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun