Mohon tunggu...
Arai Jember
Arai Jember Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Menulis itu investasi. Setiap kebenaran tulisan adalah tanaman kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membiasakan Takwa Sejak Dini, Penting!

11 Oktober 2020   02:03 Diperbarui: 11 Oktober 2020   02:08 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: chika tsuraya on pinterest.com

Taqwa adalah istilah khas yang digunakan untuk menggambarkan keadaan seorang muslim yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Aktivitas ini tidak dapat terbentuk secara instan, sebab bilangan apa yang harus dipatuhi untuk dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan mencakup semua hal (lihat Al-Baqarah 208). Oleh karenanya itu penting memulai menanamkan konsep dan praktik taqwa sejak dini. 

Terlebih berdasarkan jenjang usia anak, akan senantiasa ada perubahan atas lingkungan yang melingkupi. Pun demikian pula kondisinya personalnya. Akan beda apa yang boleh dikerjakan dan tidak saat anak belum baligh dan sesudah ia baligh. Saat ia masih remaja atau ketika sudah berkeluarga. Mengenalkan sejak dini apa saja yang perlu dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dikerjakan akan membuat anak senantiasa terpaut dengan Allah saat mengisi usianya. Beraktivitas sekaligus beribadah. 

Salah satu hal penting yang perlu dipahamkan pada anak adalah aturan Allah mengenai pakaian. Yang mana aturan ini tidak sama antara anak laki-laki dan perempuan. Laki-laki relatif tidak berubah antara sebelum dan sesudah baligh. Asalkan menutup aurat, model apapun tidak menjadi soal. 

Namun, bagi anak perempuan, ada perbedaan, sekaligus ada ketentuan tentang apa yang perlu dikenakan. Sehingga membiasakan mereka mengenal pakaian yang benar sesuai aturan Islam sejak awal, sangat penting untuk dipraktikkan. Sebab sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mengarakter akan sangat mudah berubah saat terpengaruh lingkungan. Terlebih saat sekularisme sangat deras menerjang setiap sendi kehidupan. 

Sebagai permisalan adalah adanya opini atas upaya membiasakan anak menutup aurat sejak dini. Beberapa waktu lalu, cara mendidik anak secara Islami dikritik akun @dw_indonesia, sebuah media sosial milik Deutsche Welle (Gelombang Jerman) yang ada di Indonesia. Dalam unggahan video tersebut DW menceritakan bagaimana orang tua mendidik anak dengan memakaikan kerudung pada anak-anaknya.

Sayangnya, video itu malah mempertanyakan tujuan orang tua dan akibat yang ditimbulkan secara psikologi bagi anak. Akun itu menambahkan kalimat "Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?"

Memang dalam video tersebut disertakan pendapat para ahli. Tapi, yang ditampilkan hanya ahli psikologi yang cenderung mendukung DW. Tidak ada pendapat para pakar atau alim ulama. Tampak sekali jika DW menyudutkan cara didik orang tua yang memakaikan kerudung pada anaknya yang masih kecil yang terkesan memaksakan kehendak orang tua. (gelora.co, 26/9/20) [1]

Contoh riil ini sekali lagi menunjukkan betapa ketaqwaan anak dalam hal berpakaian memang perlu ditumbuhkan sejak dini. Pengasuhan dan pendidikan dari orang tua sebagai elemen dasar pilar pelaksanaan aturan Allah memang mengambil peran strategis. Selain sebatas memberikan penjelasan, orang tua memang memiliki kewenangan untuk mempraktikkan cara berpakaian yang benar. Mengerti sekaligus menjalankan adalah jalan efektif untuk memupuk iman dan mengenalkan aturan Islam. Fungsi penting yang untuk saat ini memang level keluarga lah pemeran utamanya. 

Maka disini persoalan tidak bisa dipandang dari sisi memaksa atau merenggut kebebasan anak. Sebab dalam hal mendidik menjadi sholih sholihah, tidak dibenarkan adanya kebebasan untuk melanggar apa yang diperintahkan olehNya. Semuanya diberikan sesuai porsi usia anak, dengan penjelasan yang disesuaikan pula, dan dengan cara baik. Semata-mata sebagai bentuk pertanggungjawaban orang tua mengenalkan anak dengan Rabb-Nya yang maha mengatur. 

Islam tidak memisahkan agama dari kehidupan, sehingga anak-anak sekalipun perlu dikuatkan karakter nya untuk senantiasa terikat aturan Allah sejak dini. Bila pun suara sumbang masih mengopini, itu semata karena melihatnya hanya dari sebelah sisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun