Hampir sepekan ramadhan berlalu. Bagi yang merasakan nikmat ibadah, ketenangan mengabdi di dalamnya masih menyisakan kenangan. Menghadirkan pula harapan untuk dapat berjumpa kembali dengannya di tahun yang akan datang.Â
Wajar jika di dalamnya setiap yang beriman berlomba mengisi dengan sebaik-baik amal. Sebab ada janji taqwa yang jelas diberikan bagi siapa saja yang berpuasa (lihat Albaqarah ayat 183). Dan taqwa yang dimaksudkan tentu saja bermakna sebenar taqwa, yakni menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala yang dilarangNya.Â
Taqwa yang yang dilaksanakan sepanjang masa, yang akan melindungi dan menjaga agar senantiasa sesuai tuntunanNya sampai hidup selesai (lihat Aliimran ayat 102). Sebab kata taqw sendiri berasal dari kata waq. Artinya, melindungi. Kata tersebut kemudian digunakan untuk menunjuk pada sikap dan tindakan untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT.Â
Caranya tentu dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Pengertian takwa tersebut sebagaimana dikatakan Thalq bin Habib, seorang Tabi'in, salah satu murid Ibnu Abbas ra. Dikatakan, "Taqwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya." (Tafsr Ibnu Katsr, I/2440).
Dengan demikian taqwa haruslah total. Harus mewujud dalam segala aspek kehidupan. Yang artinya taqwa tidak akan berlalu meskipun Ramadhan beranjak menjauh. Sebab hakikat taqwa yang seperti ini bukan hanya milik bulan Ramadhan saja.Â
Setiap masa pun juga menuntut direalisasikannya taqwa dari seorang hamba. Bahkan bukan hanya pada tataran individual saja, melainkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Menyeluruh dalam semua level kehidupan mulai dari urusan dapur hingga urusan aparatur. Mulai dari urusan ruang dapur hingga mengatur strategi di medan tempur.Â
Pada dasarnya iman tak bisa dipisahkan dari taqwa. Keduanya merupakan kunci keunggulan masyarakat Islam. Yang apabila diterapkan secara menyeluruh akan nampak lah ketinggian Islam sebagai rahmatan lil alamin. Yang nyata terasa di masa Rasulullah saw. dan para Sahabat ra, yang mampu mengubah masyarakat Arab Jahiliah menjadi masyarakat Islam yang unggul.Â
Ketaqwaan di masa itu pula yang berhasil melahirkan masyarakat Islam yang unggul dalam entitas daulah Islam Madinah. Sebuah konsep dan sistem kenegaraan binaan Rasulullaah yang kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar ra. dan para khalifah sesudahnya. Hingga saat itu kaum Muslim pernah menguasai dua pertiga dunia dengan kegemilangan Islam.Â
Hanya saja saat ini ketaqwaan demikian susah dirasakan. Sebab dekapan sekularisme yang dikekangkan paksa oleh kapitalisme di negeri-negeri Islam ini telah mereduksi taqwa sebatas level ibadah individu. Kalaupun ada di level masyarakat, penerapannya cenderung berat. Apalagi jika dalam skala yang lebih besar. Tidak mudah.Â