Mohon tunggu...
Ayu Rahayu
Ayu Rahayu Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis Amatir

Menulis adalah bentuk menghargai sebuah ide dan gagasan dari dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Revolusi Minat sebagai Langkah Awal Melahirkan Petani Muda Indonesia

22 Mei 2019   08:55 Diperbarui: 22 Mei 2019   09:05 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemanfaatan Pekarangan Rumah untuk Budidaya Sayuran (Foto: Sharp-Indonesia.com)

Target pemerintah Indonesia pada tahun 2045 menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan nampaknya hanya harapan belaka jika masalah regenerasi petani tidak bisa diseleseaikan. Petani di Indonesia masih didominasi oleh kaum tani berusia tua, dimana 65% berusia lebih dari 45 tahun. Hanya 4% yang berusia 15-35 tahun yang berminat menjadi petani. Padahal sektor pertanian memiliki peran strategis dalam memajukan bangsa Indonesia. Sebagai penyedia pangan, pertanian memiliki peran yang tidak dapat digantikan oleh sektor lainnya. 

Menurut data Kementrian Pertanian (2014), bidang pertanian memberikan sumbangan sekitar 14,72% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam konteks ketenagakerjaan, pertanian menyerap sekitar 33,32% total tenaga kerja. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa sektor pertanian memiliki peran signifikan dalam perekonomian Indonesia.

Kemana perginya kaum muda Indonesia dalam sektor pertanian? Mereka tergiring arus industrialisasi.  Cara pandang anak muda dimana kegiatan bertani adalah pekerjaan kotor dan tidak menguntungkan adalah faktor yang menyebabkan generasi muda tidak memiliki minat dalam bertani. 

 Data dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) tahun 2015 menunjukan bahwa berdasarkan hasil wawancara, sebelum menjadi petani para petani tidak memiliki minat menjadi petani. Pada petani padi 70% responden tidak memiliki minat dalam bertani, hal tersebut juga berlaku pada petani holtikultura sebanyak 73.3%. 

Dari data tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian dianggap sebagai sektor yang kurang menarik minat. Jadi permasalahannya adalah kurangnya minat pada sektor pertanian, dan solusinya adalah bagaimana menumbuhkan minat pada jiwa pemuda Indonesia sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.

Menumbuhkan minat bertani adalah sebuah PR besar pemerintah Indonesia. Jika anak muda Indonesia sadar bahwa bertani adalah sebuah gaya hidup mungkin akan menjadikan bertani sebagai kegiatan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah melalui kegiatan permakultur di kebun rumah, yaitu menanam apa yang kita butuhkan. 

Pemerintah perlu menggalakkan kembali kampanye penggunaan bahan organik sebagai bahan pangan yang aman dan sehat, agar para pemuda Indonesia mengetahui betapa pentingnya bahan pangan yang bebas pestisida, aman dan sehat dikonsumsi. 

Melalui kegiatan ini, nantinya diharapkan agar bertani menjadi sebuah gaya hidup anak muda Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangannya dalam skala rumahan. Semua berawal dari skala kecil (rumah) hingga diharapkan ketika minat sudah tumbuh pada pemuda Indonesia dan kegiatan bertani sudah menjadi gaya hidup maka secara otomatis kegiatan bertani dapat dilakukan dalam skala besar.

Kegiatan permakultur perlu digalakkan karena ini dapat dilakukan di kebun rumah dan bisa dilakukan dengan mudah tanpa harus memiliki kebun yang luas. Hal ini tentu saja dapat dilakukan oleh anak muda yang tinggal di perkotaan. 

Pekarangan rumah bisa dimanfaatkan sebagai sekolah awal dalam menumbuhkan semangat bertani.  Kita hanya perlu memulai menanam dari apa yang kita butuhkan sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun