Mohon tunggu...
Aqil Nedhio Wibowo
Aqil Nedhio Wibowo Mohon Tunggu... Freelancer - -

Orang yang terbaik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sudah Waktunya Mem"biasa"kan Lionel Messi

9 Juli 2019   20:34 Diperbarui: 9 Juli 2019   20:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: commons.wikimedia.org


Siapa yang tidak kenal Lionel Messi? Pengoleksi 5 Ballon d'or yang dielu-elukan sebagai salah satu pesepakbola terbaik sepanjang masa. Pemain yang masih menjadi andalan di klub dan negaranya di usianya yang sudah kepala tiga. Bahkan, musim lalu La Pulga mencetak 51 gol untuk Barcelona di semua kompetisi. 

Walaupun masih memiliki statistik yang luar biasa, ternyata Messi kurang beruntung ketika bermain di kompetisi-kompetisi internasional. Bersama Barcelona, ajang non-domestik terakhir yang Messi juarai adalah FIFA Club World Cup tahun 2015. Sementara itu, Messi bahkan sampai saat ini belum pernah menjuarai turnamen apa pun bersama timnas senior Argentina.

Kok bisa ya? Padahalkan, Barcelona sudah jor-joran membeli pemain baru beberapa tahun belakangan. Di Argentina juga, bukannya banyak ya pemain bintangnya?

Dari pengamatan saya, penyebab kegagalan tersebut adalah karena baik Barcelona maupun Argentina sama-sama melakukan sebuah kesalahan. Kesalahan tersebut adalah terlalu mendewakan Lionel Messi, yaitu dengan selalu melibatkan Messi setiap kali tim menguasai bola. Ketika Barcelona atau Argentina sedang mendapatkan bola, Messi akan selalu dicari untuk diberikan bola. Bahkan, Messi bisa mundur sampai pas di depan garis pertahanan untuk menjemput bola. 

Dan apa akibatnya? Serangan Barcelona dan Argentina jadi monoton dan lebih mudah ditebak. Tim-tim lain hanya akan menunggu Messi mendapatkan bola dan kemudian melakukan pressing. Dan pressingnya pun tidak hanya dilakukan oleh satu-dua orang, akan tetapi bisa sampai empat orang yang melakukannya. 

Apa hanya itu saja akibatnya? Ternyata tidak. Dengan taktik Messiosentris tersebut, menyebabkan pemain lain harus rela peran asli mereka diubah untuk mengakomodasi Messi. Lihat saja Philippe Coutinho, pemain yang berperan sebagai playmaker seperti ketika membawa Brazil juara Copa America. Di Barcelona, dia harus rela bermain sebagai striker sayap seperti David Villa, padahal dia seharusnya bisa bermain sebagai gelandang serang layaknya Ronaldinho. 

Tidak hanya itu, bahkan Paulo Dybala, pemain yang sempat digadang-gadang akan menjadi pemain terbaik dunia, harus pasrah jumlah penampilannya bersama Argentina dibatasi. Mengapa demikian? Karena Dybala dianggap tidak dapat bekerja sama dengan Messi dan bahkan akan menganggu performanya.

Oleh karena itu, menurut saya Lionel Messi perlu untuk di"biasa"kan atau dengan kata lain berhenti untuk didewakan. Caranya adalah dengan membatasi peran Messi di tim dan memberikan kelebihan peran tersebut kepada pemain lain. Jadi, Messi tidak perlu lagi berkeliling ke penjuru lapangan untuk menjemput bola dan mendistribusikannya. Biarkan Coutinho dan Dybala yang melakukannya, yang memang sudah seharusnya menjadi peran mereka. Sehingga, Messi bisa fokus untuk menyerang, dan mencetak gol dan assist. Toh, pemain-pemain seperti Ribery, Robben, Reus dan Ronaldo tetap dianggap dewa di klubnya masing-masing padahal peran mereka hanya menyerang.

Walaupun memang, Messi bakal perlu untuk beradaptasi dengan peran tersebut dan bermain dengan sistem yang mungkin berbeda. Akan tetapi melihat keberhasilan Reus dan Ronaldo dalam mengganti peran mereka, masa seorang Lionel Messi yang hanya perlu membatasi perannya saja tidak bisa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun