Sebagai anggota masyarakat umum yang belanja setiap hari di pasar atau minimarket, saya semakin merasa bahwa harga bahan pokok sekarang semakin sulit dijangkau. Â Harga beras, telur, minyak goreng, dan bahkan cabai terus meningkat. Â Sangat lucu bahwa petani di kampung menyatakan harga gabah sedang rendah saat saya berbicara dengan mereka. Â Itu benar, bukan? Â Harga pasar meningkat, tetapi petani tidak menghasilkan keuntungan, dan konsumen semakin tertekan. Â Sebagai mahasiswa ekonomi, saya melihat ini lebih dari sekedar inflasi, cuaca, atau musim panen. Â Ada masalah yang lebih mendasar, yaitu bagaimana pasar pangan kita saat ini diatur, yang biasanya dikuasai oleh pasar oligopoli, sekelompok perusahaan besar.
Studi Kasus: Kuasa Penyebaran di Tangan Pihak Sedikit
Dalam praktiknya, banyak petani dan produsen kecil terlibat dalam produksi makanan seperti beras atau minyak goreng. Â Tapi ketika datang ke rantai distribusi, hanya ada beberapa perusahaan besar yang memainkan peran penting dalam proses penggilingan, pergudangan, dan penjualan ritel.
Ini adalah titik di mana masalah mulai muncul. Â Ketika pemain besar hanya sedikit, mereka memiliki kontrol yang signifikan atas harga dan jumlah produk yang masuk ke pasar. Â Mereka memiliki kemampuan untuk menentukan kapan produk dilepas, jumlah stok yang disimpan, dan bahkan memiliki kemampuan untuk secara tidak langsung bermain harga. Â Salah satu karakteristik pasar oligopoli adalah harga pemimpin dalam teori ekonomi. 3. Sebaliknya, persaingan monopolistik muncul saat produk tiba di toko. Â Konsumen merasa ada banyak pilihan karena banyak merek, tetapi harganya sama, dan tidak ada cara untuk menurunkan harga. Â Akibatnya, harga tetap tinggi meskipun terlihat ada "persaingan".
Tidak Ada Lagi Hukum Permintaan dan Penawaran Dalam teori pasar sempurna, harga seharusnya terbentuk dari keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Â Namun, karena struktur pasar yang tidak stabil, hukum itu tidak berfungsi dengan baik di dunia nyata. Â Kuasa pasar lebih dominan daripada mekanisme pasar yang alami.
Sebagai konsumen, kita tidak memiliki pilihan selain terus membeli barang ini karena ini adalah kebutuhan pokok. Â Bisnis besar memanfaatkan ketidakstabilan permintaan untuk mempertahankan margin tinggi. Â
Solusi: Bukan Hanya Menjaga Harga, Tapi Membuka Akses
Menurut pendapat saya, masalahnya bukan hanya tentang bagaimana pemerintah menjaga harga, tetapi juga tentang bagaimana membuka ruang ekonomi sehingga kelompok besar tidak lagi mengontrolnya. Â
Saya percaya bahwa beberapa tindakan harus dilakukan:
1. Memberikan akses distribusi bagi koperasi, UMKM, dan BUMDes agar tidak tergantung pada perusahaan besar.
2. Meningkatkan transparansi stok dan jalur distribusi bahan pokok.
3. Meningkatkan fungsi lembaga seperti Badan Pangan Nasional untuk menjadi penyeimbang dalam situasi krisis.
4. Melakukan evaluasi menyeluruh rantai pasokan pangan nasional.
Â
Selama ini, kita hanya menganggap teori oligopoli atau persaingan pasar sebagai bagian dari pelajaran di kampus. Namun, dalam dunia nyata, struktur pasar seperti inilah yang kita hadapi. Kita semua memiliki dampak langsung pada keputusan harga dan jumlah yang dibuat oleh pelaku besar. Â Pasar yang sehat menurut saya adil, kompetitif, dan terbuka. Â Saat harga kebutuhan hidup hanya ditentukan oleh segelintir orang, sudah waktunya bagi kita sebagai warga dan pembuat kebijakan untuk mempertanyakan: apakah kita akan membiarkan hal ini terjadi atau mulai mencari solusi yang lebih bermanfaat bagi rakyat?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI