Mohon tunggu...
Aprili Kurnia Fatmawati
Aprili Kurnia Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perasaan Suka dan Duka Minoritas

30 Maret 2021   13:44 Diperbarui: 30 Maret 2021   18:22 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh kecilnya, di Bali mereka biasa menyembelih babi dan memakan daging babi, tetapi masyarakat muslim sekitar tidak melakukan itu karena tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak menyembelih babi maupun memakan daging babi ketika berada disini. Lalu salah satu tradisi Umat Hindu Bali adalah melakukan upacara ngaben pada saat keluarga mengalami kematian. 

Tetapi ketika berada disini, hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Mereka mengikuti aturan dan tradisi masyarakat sekitar dengan menguburkan keluarga yang meninggal. Namun, jika tetap ingin dilakukan upacara ngaben, maka akan dibawa pulang ke tanah Bali. Intinya seperti kata pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.  

"Jadi, perbedaan itu sudah tidak lagi menonjol apabila kita mencari persamaannya", tambah beliau.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bapak Purwadi dan Umat Hindu yang lain untuk dapat berbaur dengan Umat Islam Desa Mondoluku adalah dengan membantu apabila ada acara desa, ketika warga muslim di desa ini mengalami musibah seperti kematian, serta ketika warga muslim punya hajat. 

Lalu ketika di pura ada acara, yang mengelola parkirnya adalah remaja masjid. Ketika ada acara tradisi di luar acara keagamaan, juga mengundang perwakilan dari tokoh-tokoh masjid agar kerukunan tetap terjaga. 

Menurut beliau, menetap di tengah-tengah mayoritas muslim memberikan pengalaman dan pelajaran hidup yang sangat berharga terutama tentang kerukunan umat beragama dan hubungan antara mayoritas dengan minoritas. 

Dokumentasi Wawancara Bersama Bapak Purwadi. Note: masker dilepas untuk keperluan foto (dokpri)
Dokumentasi Wawancara Bersama Bapak Purwadi. Note: masker dilepas untuk keperluan foto (dokpri)

"Sekarang kan berbeda dengan dulu, kalau zaman dulu memang seolah-olah ada kesenjangan antara mayoritas dan minoritas. Namun, sekarang ini kan cara berpikir kita sudah berbeda. Agama sudah tidak dijadikan sebagai acuan untuk perbedaan, tetapi justru dengan adanya perbedaan agama inilah menjadikan kita lebih beragam sehingga kerukunan semakin terjaga," kata Pak Purwadi perihal perasaannya ketika tinggal di tengah-tengah kelompok mayoritas.

Motivasi dan semangat hidup beliau sehingga bisa bertahan sampai saat ini adalah, keyakinannya bahwa tidak ada yang sulit dalam menghadapi sesuatu, tergantung pribadi masing-masing. Dimanapun kita berada, terlebih sebagai minoritas tetapi kalau berperilaku baik terhadap tetangga dan lingkungan, pada akhirnya akan dipermudahkan. Namun, kalaupun kita mayoritas tetapi tidak berperilaku baik terhadap tetangga dan lingkungan , maka seolah-olah kehidupan ini akan sulit. 

Keinginan beliau dan Umat Hindu Desa Mondoluku untuk kedepannya adalah, lebih baik dalam beradaptasi dan berbaur dengan Umat Islam Desa Mondoluku, yang minoritas bagaimana bisa menghormati mayoritas, begitu pula sebaliknya yang mayoritas dapat menghargai minoritas. 

Dengan demikian kerukunan akan terjaga. Lalu kedepannya diharapkan toleransi semakin tinggi dan kerukunan semakin terjaga. Untuk mencapai keinginan tersebut dibutuhkan peran generasi muda sebagai penerus suatu saat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun