Mohon tunggu...
Cak Koekoeh
Cak Koekoeh Mohon Tunggu... Administrasi - Researcher

"Banyaknya ilmu yang beterbangan diatas kepala kita, maka ikatlah dengan tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fiz, Pendidik Muda Kelas Dunia

18 Januari 2016   15:26 Diperbarui: 18 Januari 2016   15:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemuda memang menjadi tulang punggung bagi sebuah negara, perkembangan dan pendidikan bagi para angkatan muda yang baik memberikan sebuah harapan bahwa bangsa tersebut akan menjadi bangsa yang besar. Seperti perkataan Bung Karno yang terkenal itu “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Begitu berharganya para pemuda dimata bangsanya, sehingga jika ingin menjatuhkan sebuah bangsa, cukup dengan merusak generasi mudanya.

Salah satu pemuda yang berhasil mengguncangkan dunia adalah Fiz (panggilan akrab dari Prof. Firmanzah, Ph. D), merupakan salah satu aset berharga bangsa dibidang pendidikan, diusianya yang masih terbilang muda beliau telah berhasil meraih banyak penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan bekal serta pengalamannya tersebut, beliau berhasil menjadi profesor termuda dinegeri ini serta menjadi dekan termuda di Universitas Indonesia, dimana seorang bergelar profesor didunia pendidikan negeri ini mempunyai stigma tersendiri sehingga seorang profesor haruslah berusia tua, beruban, memakai kacamata tebal, tetapi pak Fiz mampu mendobrak benteng kesakralan tersebut. Sekarang beliau diberikan kepercayaan untuk mendidik generasi muda bangsa dengan jenjang lebih tinggi sebagai Rektor Universitas Paramadina menggantikan Anies Baswedan yang diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Prof. Fiz, sosok laki-laki muda yang berkulit bersih dan berambut rapi ini sempat membuat banyak orang tercengang. Di mata pria kelahiran 7 Juli 1976 ini, tak ada satu serpih pun kejadian yang kebetulan. Ia mengaku, perjalanan hidupnya bagai uluran benang layangan yang membubung tinggi di angkasa setelah sebelumnya turun-naik, bahkan terkadang hampir kembali menuju bumi.

Firmanzah yang pada masa kecilnya bercita-cita menjadi astronot ini mengaku, tidak pernah bermimpi menjadi dekan atau guru besar universitas terpopuler di Indonesia, apalagi di usia yang muda. Namun kenyataannya, justru di usia muda lah, ia berprestasi gemilang. Sebagai intelektual muda, mantan Kepala Humas dan Protokol UI ini aktif dalam kegiatan seminar atau forum internasional, publikasi dalam jurnal ilmiah, tulisan populer dan buku. Beragam tema diusungnya seperti globalisasi, pemasaran dan pengelolaan partai politik, hingga tentang bagaimana menciptakan keunggulan komparatif. Tercatat lebih dari 20 publikasi jurnal ilmiah, baik dalam maupun luar negeri, sudah dihasilkannya. (tokohindonesia.com, 2011)

Firmanzah menghabiskan masa kecil sampai saat SMA di Surabaya. Terlahir dari seorang ibu yang buta huruf dan pada usia dua tahun harus kehilangan sang ayah karena bercerai dengan ibunya, anak ke-8 dari 9 bersaudara ini tidak lantas minder. “Ibu bercerai tiga kali. Sejak itu, sampai sekarang, saya tidak pernah lihat lagi ayah saya,” tuturnya.

Bahkan, ia tidak tahu apakah sekarang ayahnya masih hidup atau tidak. “Saya cuma mendengar, dulu katanya Bapak pernah bekerja sebagai teknisi di Slumberger. Bahkan sampai ke Yordania segala,”imbuhnya. Ia mengungkapkan, kesembilan anak ibunya merupakan hasil pernikahan dengan tiga pria.

Dalam asuhan dan didikan sang ibu, Firmanzah tumbuh dan membentuk sosoknya lebih menghargai manusia. Ia menyebut karakter ibunya dengan tiga kata: keras, pintar dan cerdas. “Cuma sayang tidak disekolahkan,” katanya.

Sang ibu, Kusweni, bagi kesembilan anaknya adalah matahari. Tak hanya sebagai ibu rumah tangga biasa, tetapi juga pendidik yang mengajarkan banyak norma hidup. Ia terbiasa melihat ibunya yang distributor buah-buahan hilir-mudik mengurusi dagangan buah. Kiosnya berada di pekarangan rumah. Pasokannya diambil dari daerah sekitar Madiun, Kediri dan Malang. Usaha perdagangan buahnya cukup sukses. Terbukti hampir semua saudaranya mengenyam pendidikan tinggi.

Dalam mendidik anak-anaknya, menurut Firmanzah, ibunya tak menerapkan manajemen belajar yang ketat dan disiplin. Bila kebanyakan orang tua mewajibkan anaknya membuka buku terutama seusai senja, tidak demikian dengan ibunya. “Kami bukan management by process, tapi management by output. Ibu bilang, mau belajar kayak apa, terserah. Yang penting, nilainya bagus,” ujarnya. Itulah yang membuatnya bisa membaca buku di sela-sela main gundu. (indonesiaproud.wordpress.com, 2010).

Saat lulus SMA, ia memilih Fakultas Ekonomi UI dan lulus dalam waktu 3,5 tahun. Ia pun sempat menjajal dunia asuransi sebagai analis pasar, sebelum memutuskan kembali kebangku kuliah, setahun kemudian mengambil program S-2 dibidang yang sama dan menyelesaikan dalam tempo dua tahun. Melanjutkan studi di Universitas Lille Prancis sebagai momen untuk mengenal dunia lebih luas dan menjalani studi tingkat doktoral di Universitas Pau and Pays De lAdour, selesai pada tahun 2005 dan sempat mengajar selama setahun dialmamaternya, sebelum dipanggil pulang ke tanah air oleh dekan FE UI saat itu Prof Bambang Brodjonegoro yang sekarang menjabat Menteri Keuangan (inilah.com, 2010).

Tiga tahun berikutnya, yakni saat berusia 32 tahun, Prof Fiz terpilih sebagai Dekan ke-14 FE UI periode 2009-2013. Terpilihnya Firmanzah sebagai Dekan ini menjadi perbincangan hangat sekaligus memunculkan banyak pujian. Maklum, kandidat lainnya tak kalah hebat. Ia mampu menggungguli Prof. Sidharta Utama Ph.D. CFA dan Arindra A. Zainal, Ph.D. Sebelum masuk tiga besar kandidat, ia harus bersaing dengan calon yang jam terbangnya sudah tinggi, sebut saja Dr. Ir. Nining Indrayono Soesilo M.A. (kakak kandung Menteri Keuangan Sri Mulyani), Dr. Chaerul Djakman dan Dr. Syaiful Choeryanto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun