Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Catatan ADSN 32, Menendang Dokter

16 Oktober 2018   19:12 Diperbarui: 16 Oktober 2018   19:14 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Catatan ADSN 32, Menendang Dokter

Memiliki anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri, begitupun aku dan suami. Alhamdulillah hanya kosong tiga bulan setelah pernikahan, Allah memberi kepercayaan padaku untuk mengandung anak pertama.

Masa kehamilan dilalui dengan santai, karena tidak merasa mual atau lemas, yang ada aku merasa kuat dan berani. Makanpun tak masalah apapun masuk ke perut dengan nyaman. Masa ngidam juga tidak repot, hanya aku ingin mangga punya tetangga, rasanya segar menggairahkan. Alhasil hampir semua tetangga di komplek, aku mintain mangganya hehehe, padahal di depan rumah mertua ada pohon mangga, tapi aku tidak tertarik untuk memakannya.

Aku menjaga titipan Allah dengan hati-hati, anjuran dokter kandungan aku lakukan semua, dari minum vitamin, minum susu ibu hamil, sayuran semua aku lahap, olah raga juga aku jabani. Suami penuh siaga, selalu mengantar periksa ke dokter kandungan.

Ketika hamil besar, aku sering ditinggal sendirian di rumah, suami sering kali mendapat tugas keluar kota, pernah sampai dua minggu aku sendirian di rumah. Anehnya aku tidak merasa takut, aku merasa ada yang menemani yaitu si utun dalam perut.

Dua minggu menjelang melahirkan, suami mendapat tugas keluar kota, rencana awal sepuluh hari, entah mengapa di perpanjang sampai dua minggu, rasa khawatir datang juga, aku tidak mau melahirkan tanpa ada suami. Aku sering mengajak ngobrol si utun, jangan keluar dulu sampai ayahnya datang, tendangan halus aku rasakan sebagai jawaban sepakat si utun.

Benar saja, ketika suami datang malamnya ketuban merembes keluar, tapi tidak mulas. Setelah solat subuh aku dibawa ke Rumah Sakit, sampai di sana setelah di cek bidan, aku disuruh pulang lagi, karena belum mulas dan belum pembukaan. Mereka kaget orang mau melahirkan tapi turun dari mobil Hardtop dengan gagah ban mobil besar, dan aku harus  loncat turunnya.

Sampai di rumah, air ketuban merembes kembali, seperti air seni tapi tak bisa ditahan. Ibuku datang dari Depok dan beliau seorang bidan, terlihat khawatir. Beliau meminta suamiku untuk membawa aku ke rumah sakit lagi.

Hampir tiga kali aku bolak balik ke rumah sakit, mereka menyuruh aku pulang lagi dengan alasan belum ada pembukaan dan belum mulas. Sampai ibuku marah pada bidan yang jaga, karena ibu bidan senior di banding yang jaga, akhirnya aku di suruh tunggu untuk di cek dokter.

Selama nunggu dokter, aku bulak balik ke kamar mandi, ketuban merembes kembali sampai lima kali ganti pembalut.

Karena bukan waktunya pemeriksaan dan belum daftar, aku dipanggil paling terakhir setelah pasien lain selesai diperiksa. Singkat cerita ketika di USG dokter kaget karena air ketuban sudah hampir habis, dokter menanyakan kenapa aku baru datang,  karena telat sedikit ketuban akan habis. Ibu menjelaskan pada dokter karena dari pagi aku bulak balik ke rumah sakit tapi disuruh pulang lagi. Sang bidan akhirnya dimarahi dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun