Hari minggu, cuaca di Kota Udang sangat cerah, saya enggan keluar rumah. Melihat rumah seperti kapal pecah. Setrikaan hampir seminggu tak tersentuh. Maklum tidak memakai jasa PRT, mengingat di rumah hanya bertiga, si sulung kuliah di luar kota. Mau tidak mau saya harus mengerjakan sendiri, resiko wanita karir, pekerjaan rumah kurang tersentuh, khususnya saya, beruntung punya suami yang pengertian.
Minggu ini tidak sesuai rencana. Karena rencana awal saya, suami dan si bungsu mau kerja bakti membereskan rumah, kenyataannya meleset. Si bungsu ada acara di sekolahnya, dia berangkat jam tujuh pagi. Okelah, saya dan suami yang akan beres-beres, hmmm kenyataannya suami juga ada sms, harus kumpul di almamaternya. Rencana buyar semua, tinggal saya sendirian. Melihat setrikaan seperti menghiba, ya saya mengalah harus tuntas semua pekerjaan, terutama setrikaan. Untuk mengurangi kejenuhan saya menyetel film India, lumayan juga dua judul sekaligus sampai setrikaan selesai.
Setelah semua beres, lihat film lama-lama bosan juga, iseng-iseng saya buka facebook. Ngintip status teman-teman, lucu juga saya ketawa sendiri, ada yang ngirim puisi, cerpen, upload foto-foto, ada yang ngeluh ah pokoknya macam-macam. Mata saya tertarik dengan status teman yang membahas pelakor (pengganggu laki orang), wuiiih kata-katanya menghujat kaum perempuan yang dianggap mengganggu rumah tangga orang lain, saya tertegun dengan kata pelakor syariah. Â Pelakor syariah? Haduh menurut saya yang awam, dua kata itu bagai air dan minyak, hitam dan putih, sangat jauh bila harus disandingkan.
Dua kata itu tak bisa hilang dari pikiran saya, pelakor menurut saya adalah perbuatan negatif apapun alasannya, perebut bisa diartikan secara tidak langsung, mengambil paksa barang tanpa seijin pemiliknya, dalam hal ini perebut hati, pasti ada yang tidak ikhlas, merasa disakiti bahkan dikhianati. Sedangkan syariah  perbuatan positif karena berhubungan dengan norma agama (maaf kalau pemikiran saya salah).Â
Saya semakin penasaran kenapa ada istilah pelakor syariah, setelah saya cari di mbah google dan facebook, ternyata kata itu ditujukan pada wanita yang paham agama serta mendalaminya, khusus dalam hal ini janda dari seorang ustad kondang yang telah meninggal dunia, yang konon katanya sudah menikah dengan seorang pria mantan vokalis band terkenal. Ditambah sekarang ini, Â televisi memberitakan tokoh-tokoh agama, banyak yang bermasalah dengan istrinya, bahkan berujung perceraian siapa lagi kalo bukan karena tergoda wanita lain.
Saya tidak mau ikut-ikutan menghujat, karena tidak tahu permasalahan yang sebenarnya apa. Hanya merasa miris saja dengan kata pelakor syariah. Mungkin tulisan saya ini banyak yang tidak setuju, ini adalah pemikiran sederhana saya. Setidaknya saya bisa tidur nyenyak setelah menulis unek-unek ini, Salam.