Mohon tunggu...
Anwar Zain
Anwar Zain Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Berkarya untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PPL Sebuah Keniscayaan bagi Mahasiswa

11 Oktober 2022   23:05 Diperbarui: 11 Oktober 2022   23:16 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan PPL (Peraktek Pengalaman Lapangan) merupakan sebuah mata kuliah yang menjadi keharusan dijalani oleh mahasiswa termasuk bagi mahasiswa di Prodi PIAUD (Pendiidkan Islam Anak Usia Dini) Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Tepatnya pada hari senin, 10 Oktober 2022 Prodi PIAUD UM Banjarmasin melaksanakan rapat dalam rangka persiapan PPL mahasiswa ke sekolah-sekolah PAUD. Pada kesempatan itu, rapat dipimpin oleh ketua PPL (Firdha Hayati) dan Ketua Prodi (M. Abdan Syakura) serta dihadiri oleh dosen-dosen tetap Prodi.

PPL merupakan sebagai lahan pembejaran "real-konkret" agar mahasiswa bisa merasakan dan merespon secara langsung bagaimana melaksanakan tugas dan peran sebagai pendidik sehingga ketika nanti meraih gelar sarjana lulusan Prodi PIAUD UM Banjarmasin sudah siap bekerja di lembaga PAUD.

Dokpri
Dokpri

Untuk mempersiapkan calon pendidik PAUD yang bisa dikatakan "siap pakai", maka penulis menekankan bahwa keterampilan yang harus dilatih dan dimilki mahasiswa pada masa PPL ada 2 (dua) adalah kepiyauan memberikan "Stimulus" dan "Apresiasi".

Pertama, Mengapa piyau "Menstimulus"...?

Diantara alasananya: Konteks dalam kurikulum PAUD itu sangat berbeda dengan sekolah lanjutannya (SD/SMP/SMA), karena di PAUD itu yang menjadi tujuan akhirnya adalah berkembangnya jiwa, otak, fisik dan perilaku anak atau biasa disebut dengan 6 aspek pengembangan (Moral-Agama, Sosial-Emosional, Fisik-Motorik, Kognitif, Bahasa dan Seni). 

Melalui cara dan kegiatan apapun, maka disinilah letak pentingnya kepiyauan membuat "stimulus". Sedangkan di sekolah lanjutan (SD/SMP/SMA) tujuan akhirnya adalah sebuah target materi/mata pelajaran yang bisa saja cara stimulusnya bisa ada kesamaan, tetapi kalau di PAUD sangat memungkinkan cara stimulisasi berkembang dan berubah sesuai karakter anak, lingkungan, suasana dan kultur.

Kedua, mengapa piyau "Mengapresiasi"...?

Diantara alasananya: dalam konteks kurikulum atau gaya pembelajaran abad 21 ini menginginkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan anak itu harus "menyenangkan" dan "menghargai" kemampuan anak, agar anak tersebut menjadi betah dalam belajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun