Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tetap Jadi Guru yang Dicintai di Tengah Pandemi

21 November 2020   16:13 Diperbarui: 21 November 2020   16:14 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mendengar kata "guru", kita pasti langsung menghubungkannya dengan sekolah, ruang kelas, mengajar, papan tulis, dan riuh, ya. Namun, saat ini, kita masih di hadapkan pada realita bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir dan belum juga aman untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara luring (luar jaringan) dengan bertemu di sekolah, mengajar di kelas, menulis materi di papan tulis, riuh diskusi, dan lain-lain. Maka dari itu, mau tidak mau, siap tidak siap, kegiatan belajar mengajar pun dilaksanakan secara daring (dalam jaringan). 

Situasi pembelajaran daring ini pun diwarnai berbagai tanggapan, salah satunya yang paling umum adalah "siswa merasa tertekan". Bayangkan saja, ketika mereka, para siswa, dijejali informasi tentang bahaya virus Covid-19 dengan tetap melaksanakan 3M (Menjaga jarak, Mencuci tangan, Memakai masker) yang pasti membuat was-was, mereka juga masih harus memahami materi dan mengerjakan tugas sekolah. Nah, dengan demikian, perubahan ini pun harus diiringi dengan perubahan pengajaran, dari yang terstruktur menjadi lebih fleksibel. 

Hal yang perlu dipahami adalah tidak semua siswa memiliki minat dengan takaran yang sama antarmata pelajaran. Bahkan, dalam satu mata pelajaran pun, terkadang minat siswa berbeda antara materi satu dan yang lainnya. 

Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa A lebih menyukai pembelajaran menulis teks eksposisi karena suka berargumen dengan logis dan valid, tetapi bisa saja siswa tersebut tidak menaruh minat yang sama dalam materi puisi yang penuh dengan imajinasi. Dengan demikian, para guru juga tidak bisa kiranya memberikan ekspetasi yang sama antarsiswa per individu. 

Lantas, dengan mengetahui hal tersebut, minat siswa menjadi hal esensial agar proses pembelajaran tetap menyenangkan dan materi pun tersampaikan. Nah, Bapak/ Ibu guru dalam hal ini tidak bisa memaksa siswa untuk tertarik atau menaruh atensi besar pada mata pelajaran yang diampu. 

Fondasi awal yang harus dibangun adalah adanya komunikasi yang baik sehingga menghasilkan interaksi yang baik pula. Maksudnya? Dengan memahami karakteristik siswa, adanya kontrak belajar yang sejak awal disampaikan dan disetujui bersama diharapkan dapat membantu terjalinnya komunikasi yang harmonis antara guru dan siswa.

Seiring dengan adanya pandemi Covid-19 dan fenomena pembelajaran daring, Bapak/ Ibu guru akan semakin dituntut untuk berkreativitas. Isu tentang kreativitas pengajaran guru ini pun bukan kasus baru karena perubahan dan inovasi selalu berjalan beriringan. Artinya, kita tidak bisa teguh untuk tidak berubah atau tidak berinovasi karena perubahan bukan hal yang tidak mungkin tidak terjadi.

"Gimana dong, kurikulum berubah, cara mengajar berubah, waktu pembelajaran berubah, stres nih!"

Opps, jangan ya, Bapak/ Ibu guru. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan agar Bapak/ Ibu tetap menjadi sosok yang dinanti, dicintai meski di tengah pandemi.

1. Adaptif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun