Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Levinas: "Nietzsche Itu Juga Mesias!"

19 November 2019   10:08 Diperbarui: 28 November 2019   20:01 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seminggu yang lalu, Anton ditimpa musibah! Burung perkutut kesayangan putranya 'berontak' dan 'membebaskan diri'. Berontak karena perkutut itu menjebol teralis bambu tipis pintu sangkarnya dengan kekerasan. Betapa kobaran bara api pemberontakannya itu. Padahal, belum dua hari Anton menganugerahinya nama Nietzsche pada si perkutut. Nama dari filsuf besar pujaannya.

Kegeraman sang perkutut mungkin karena tak adanya fasilitas musik di dalam gua pertapaan Anton itu.  Padahal musik adalah nafas si Nietzsche. Tak heran bila ia geram dan berontak, lalu terbang, lepas, bebas...

Omong-omong, saat di KRL-pun Anton merasa agak  heran, karena sekarang ini musik tak lagi merajai gawai pintar. Kalah dengan medsos atau bahkan games! Tapi musik bukanlah opera yang meratapi pudarnya alam dan mendambakan idol. Ala mak! tahukah mereka bahwa dengan musik segenap hasrat akan bersuka ria? (Nietzsche)

Kembali ke Nietzsche...

Dari titik tolak atau terang cahaya filsafat nurani-nya Levinas, menurutku, Nietzsche adalah Mesias (yang lain)! Bila Tuhan turun ke dunia menjadi manusia dengan membawa cinta (yang surgawi-kata Kierkegaard; meskipun sang Pembawanya pun telah jadi sungguh manusia... ), maka manusia pun dapat naik ke puncak langit tuk mempersembahkan kehendak-nya. Menjadi manusia itu berarti memilih dan bertaruh, dan manusia Tuhan juga Superman Nietzsche adalah mereka yang tulus ikhlas dan setia pada pilihan pertaruhannya.

Tuhan bertaruh untuk mereka yang lemah (the weak!) dan mereka yang terbelenggu oleh ego-nya; dan Nietzsche bertaruh untuk mereka yang kuat (Superman) dan mereka yang terbelenggu oleh fitnah rasa belas kasihan (pity!). Maka tak salah apa yang dikemukakan oleh Nietzsche (dalam sabda Zeroaster): "Tuhan punya nerakanya sendiri, yakni cinta-kasih-Nya pada umat manusia!" (Meski belas kasih-Nya itu pula si Pencipta mencipta apa yang dicintai-Nya)

Manusia-Tuhan harus mati, di pancang salib pula, karena cinta-Nya pada manusia. Itulah pilihan kehendak baik untuk pertaruhan-Nya seketika Ia menjelma jadi manusia. Ia konsekuen hingga ke ujung karena pilihan dan pertaruhan-Nya sebagai manusia sungguh dan Tuhan sungguh. Sebaliknya, Nietzsche,  ia pun konsekuen setia pada pilihan dan pertaruhannya pada manusia unggul (Superman) yang berpatok pada  'kehendak berkuasa'-nya., hingga puncak tertinggi kesepian dan deritanya. 

Keduanya, sama-sama setia dan konsekuen (hingga ke batas tuntasannya!) dalam pilihan dan pertaruhan mereka, demi "nurani" bersihnya. Maka tak salah bila Levinas pun  (demi kesetiaan pada apa yang diajarkannya, yaitu filsafat nurani) menobatkan Nietzsche sebagai "another" Mesias!

Nietzsche adalah  jawaban dan tanggapan paling tulus dari manusia unggul untuk warisan Yesus Kristus yang dekaden karena telah mengkorup segala  macam intensi termurni dari ajaran keteladanan-Nya.  Ia konsekuen mengikuti intensi murni Kristus meskipun itu berarti mencerca habis-habisan  nilai-nilai-Nya yang telah terkorup oleh kelemahan manusia.

Ia tidak membela atau menyalahkan agama, karema Kristus tak pernah bicara tentang agama,. Tidak pula ia mempersoalkan cinta, karena cinta bukanlah persoalan. Ideologi dan pencipta serta pendukung ideologi cinta-lah sumber problematika-nya. Nietzsche menyadarkan dan membangunkan nurani manusia dari opium idealisme (termasuk idealisasi cinta dan pencipta), sebagaimana Kristus Yesus menyadarkan dan membangunkan nurani manusia dari opium kekuasaan 'ego'-nya.

Maka, jawaban Livinas (dan Anton sepakat dengan beliau),  pada pertanyaan : "Either Kierkegaard or Nietzsche?" pastilah  "Nietzsche!" Masalahnya, bagaimana tanggapan kita atas pengorbanan dan upaya tulus mereka. Mau dan mampukah kita mempertaruhkan hidup  untuk mengikuti keteladanan mereka berdua alih-alih sekedar mendakwahkan apa yang mereka pertaruhkan untuk kita umat manusia. Ingat, segala hal yang mendalam itu rentan tuk dijadikan "topeng".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun