BELAJAR MENULIS, siapa takut?
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer)” inilah pengantar singkat yang diberikan oleh Pak Edi Zaqeus sebagai motivasi awal dalam pelatihan singkat menulis yang diadakan oleh SD Katolik Santo Xaverius, Surabaya, tanggal 18 September 2013. Sekedar diketahui Pak Zaqeus adalah seorang penulis. Salah satu bukunya yang menjadi Bestseller adalah “Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah!” Sebagai orang yang punya pengalaman dalam menulis Pak Edi Zaqeus membagikan pengalamannya tentang cara menulis serta manfaat menulis.
Pak Edi Zaqeus memberikan 2 cara menulis. Yang pertama menulis cepat. Metode ini menuntut calon penulis untuk menulis sekali duduk selesai 1 bab/tulisan. Caranya, bahan sudah ada di kepala, jangan buka literature, jangan koreksi, secepat ide muncul setelah siap barulah diketik di komputer. Yang kedua pola M-A-S yaitu pendekatan Masalah, Analisis/Approach dan Solusi. Pemaparan masalah dapat diilustrasikan, berbentuk sebuah kasus, sebuah pertanyaan, dapat pula berbentuk argumen. Setelah itu, barulah kita membahasnya/menganalisis dengan pendekatan atau logika tertentu dengan membeberkan fakta-fakta yang terkait kemudian dianalisis sebab akibatnya. Akhirnya ditutup dengan kesimpulan yang menjawab (solusi) persoalan yang dirumuskan di muka. Kegiatan selanjutnya adalah menerbitkan tulisan. Untuk menerbitkan tulisan, kita bisa memasukkannya di blog pribadi atau website dan share linknya atau mengirimnya ke media massa cetak seperti koran, tabloid, majalah jurnal ilmiah.
Setelah mendapat pengalaman dari Pak Zaqeus dan mengikuti pelatihan, kiranya hal ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kami untuk melihat potensi diri setiap pendidik bahwa mereka bisa menulis. Tentu saja pelatihan yang singkat itu, sekitar 5 jam, belum cukup sebab dibutuhkan waktu dan pelatihan yang cukup untuk menulis. Meskipun demikian kami berharap bahwa pelatihan yang begitu singkat paling tidak membuat pikiran kami terbuka untuk berusaha menulis. Apalagi kami, para guru kalau dihitung-hitung sepertinya tidak punya banyak waktu untuk menulis sebab sebagian besar kami gunakan untuk membuat perangkat mengajar, mengoreksi hasil kerja peserta didik di sekolah. Rasa-rasanya mustahil kami bisa menulis, sebab pada awal menulis, kami susah mengikutinya. Tetapi setelah dibimbing oleh Pak Edi Zaqeus, ternyata bisa, walaupun tidak begitu lancar, maklumlah baru belajar. Paling tidak pengalaman ini, bisa menjadi acuan bagi kami untuk berani mengungkapkan ide dan menuliskannya dalam sebuah tulisan. Apapun bentuk tulisan itu kiranya bisa menjadi sarana buat kami untuk mengaktualisasikan diri kami masing-masing serta menjadi ajang pengembangan bakat menulis bagi pendidik yang punya bakat menulis. Terimakasih Pak Edi Zaqeus, belajar menulis, siapa takut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H