Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lahir tgl 18 April 1947 di Lakmaras, Belu, Timor, NTT, Indonesia. Tinggal di Kupang. Doktor Studi Pembangunan dari Universitas Kristen Satyawacana Salatiga (2011). Dosen tamu di Fakultas Pascasarjana Interdisipliner, Universitas Kristen Satyawacana Salatiga.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

=Kwadran Bele

23 Januari 2020   23:20 Diperbarui: 23 Januari 2020   23:24 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

'Kwadran Bele' adalah rumusan ciptaan penulis sebagai teori pembangunan untuk manusia pembangun. Pribadi manusia sebagai pembangun di segala bidang, terdiri dari empat N, yaitu: Nafsu, Nalar, Naluri, Nurani. Empat N ini kalau dilukiskan dalam satu lingkaran dibagi empat, maka tiap bagian yang sama besar itu dilihat sebagai keseimbangan antara empat N.

Dalam membangun, seorang harus memakai empat N ini secara seimbang. Ada Nafsu membangun. Itu baik. Nafsu membangun itulah yang mendorong manusia untuk mencari kebutuhan pokok, sandang-pangan-papan, kebutuhan penting, pendidikan dan kesehatan, kebutuhan yang perlu, hiburan. Setiap pekerjaan ada karena ada Nafsu dalam diri manusia. Nafsu ini harus dikendalikan oleh Nalar. Manusia harus memikirkan, mempertimbangkan dengan seksama apa yang akan dibuat berdasarkan Nafsu tadi.

Sebagai contoh, manusia petani menanam padi di sawah. Kegiatan menanam ini hasil dari Nafsu untuk mencari makanan berupa nasi. Menanam harus memakai Nalar, dalam arti harus tahu dan trampil mengolah sawah, menanam dan memelihara padi sampai memanen dan mengolah hasil panen itu menjadi nasi yang siap dimakan. Inilah perpaduan antara N pertama, Nafsu dan N kedua, Nalar. Mengusahakan apa saja harus diimbangi dengan pertimbangan Naluri.

Faktor ketiga, Naluri ini ada dalam diri manusia yang membuat manusia itu bertenggang-rasa, memperhatikan keberadaan sesama. Karena Naluri, manusia itu sadar hidup tidak sendirian. Kalau memakai contoh tanam padi, secara Naluri penanam ini harus memperhatikan lahan, apakah miliknya atau sewaan, tidak merampas tanah orang lain, air yang dibutuhkan dilihat kepentingan orang lain juga. Inilah peranan Naluri sebagai unsur ketiga dalam Kwadran Bele.

Unsur keempat ialah Nurani. Dengan Nurani ini manusia dapat mempertimbangkan setiap kegiatannya itu baik atau buruk di mata sesama dan terutama di Mata Pencipta. Kalau Nafsu diwujudkan dengan Nalar yang jernih dan Naluri yang adil, maka dengan sendirinya Nurani akan berbisik dalam diri manusia itu, 'Engkau orang baik'. Jadi empat N dalam diri Manusia ini sebagai hadiah dari Pencipta, harus digunakan dengan sadar secara benar dan baik. 

Setiap manusia adalah pembangun. Dalam membangun inilah manusia harus mewujud-nyatakan empat N ini secara seimbang. Pribadi yang Nafsu-nya terlalu besar, akan kurang memakai Nalar, kurang memperhatikan Naluri yang melihat kepentingan sesama dan kurang memperdulikan bisikan   Nurani. Diri manusia ini tidak seimbang karena mengutamakan Nafsu.

Orang ini dikenal sebagai manusia serakah, haus harta. Orang yang terlalu utamakan Nalar akan terlihat sebagai manusia sok pintar dan menjadi manusia culas, penipu, mempunyai akal busuk. Manusia yang terlalu utamakan Naluri, akan terlihat pada ulahnya yang sukuis, kurang perduli bahkan menjadi pembenci sesama. Orang yang terlalu memperhatikan Nurani, akan menjadi orang yang sok suci, mengganggap dunia ini jahat dan mengganggap sesama itu seperti iblis. Dirinya hampir setara malaikat. 

Jadi, empat N dalam diri Manusia ini harus digunakan secara seimbang. Itulah yang penulis maksudkan sebagai pencetus teori 'Kwadran Bele' pada tahun 2011 di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Teori ini sudah dipublikasikan dalam buku 'Nurani Orang Buna' - Spiritual Capital dalam Pembangunan' (Bele Antonius) Penerbit Gita Kasih, 2011, Kupang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun